Inilah sebuah potret sederhana dari banyaknya orang di Indonesia mengenai investasi. Kadang sebuah investasi yang berakhir fiktif dimulai bukan dari orang yang menawarkan sebuah peluang investasi, tapi akibat ketidaktahuan banyak orang yang ingin mencari sebuah jalan pintas.
Beberapa waktu lalu terjadi penipuan investasi, di mana banyak korban berbondong-bondong melaporkan pelakunya. Ketika pelaku diinterogasi oleh polisi, disebutkan bahwa ide untuk menipu didapat dari tawaran kepercayaan atas sejumlah modal oleh korban.
Sama seperti yang terjadi saat saya memberikan seminar, banyak orang terburu-buru ingin untung tanpa mau peduli hal lain termasuk risiko. Apakah Anda tahu bahwa seorang biasa atau pribadi tidak boleh mendapatkan titipan uang untuk dikelola pada instrumen pasar modal? Apakah Anda juga mengetahui bahwa orang yang mengelola keuangan perlu memiliki sebuah sertifikasi atau pendidikan khusus mengenai pengelolaan dana? Semua sudah diatur dan dibuat rambu-rambunya.
Maka, bukan serta merta saya sebagai seorang pembicara yang memberikan edukasi investasi boleh mengelola dana orang lain. Lagipula, apakah Anda mengetahui bahwa sebuah perusahaan pengelola dana seperti manajer investasi pada instrumen reksa dana, tidak pernah bersentuhan dengan uang investornya? Oleh karenanya ada istilah bank kustodian dan segregated account.
Mengapa bila mulai terjadi kerugian dan penipuan semua orang justru baru mencari pihak berwajib? Mencoba mencari tahu badan negara mana di Indonesia yang bisa dimintai tolong?
Sebagai seorang investor, perlu setidaknya memahami beberapa hal sederhana untuk mulai berinvestasi, di antaranya:
1. Jangan mau hal instan
Menitipkan uang kepada orang lain yang tampaknya lebih paham berinvestasi adalah sebuah tindakan yang berpotensi bermasalah, apalagi orang yang dititipi tidak memiliki sertifikat profesi khusus, karena dalam dunia finansial amanat mengelola dana bukanlah sebuah hal sepele yang tidak perlu diatur.
2. Siap rugi berapa?
Investor yang berpengalaman lebih memperhitungkan potensi kerugian dari sebuah investasi daripada bertanya, "Setahun bisa untung berapa?" Bisa saja sebuah potensi investasi yang bermodalkan 100 dengan keuntungan 10 kerugiannya adalah tidak berhingga. Maka, perlu mengenal berapa keuntungan dan kerugiannya.
3. Kritis sebelum memilih
Ketika mental ikut-ikutan semakin marak, justru harus kita hindari menjadi orang yang berinvestasi mengikuti tren. Investasi itu bukan masalah keuntungan namun masalah seberapa lama Anda bisa bertahan dan untung. Investor kelas dunia sekalipun tidak ada yang selalu untung, namun bertahan tetap berinvestasi dan meraih keuntungan secara global adalah prinsipnya.
Marilah mulai menjadi pribadi yang lebih kritis dalam menyikapi investasi dan keuangan.
Salam investasi untuk Indonesia