Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi 700 Juta Butir Peluru, Pindad Butuh Banyak Modal

Kompas.com - 28/06/2015, 17:39 WIB
Estu Suryowati

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com – PT Pindad (Persero) benar-benar butuh tambahan modal dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mengembangkan bisnis pertahanan dan non-alutsista. Dalam 5 tahun ke depan diperkirakan kebutuhan modal untuk itu mencapai Rp 4,9 triliun.

Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengatakan, pada tahun ini BUMN initelah mendapatakan suntikan modal dari APBN sebesar Rp 700 miliar dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN). Adapun PMN untuk tahun 2016, kata Silmy, hanya direstui oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp 707 miliar. Padahal, PMN yang diusulkan sebesar Rp 1,7 triliun.

“Total kebutuhannya untuk pengembangan alutsista dan non-alutsista sebesar Rp 4,9 triliun, dalam lima tahun,” ucap Silmy, Bandung, Sabtu (27/6/2015).

Silmy berharap sisa PMN yang sebesar Rp 3,6 triliun bisa dikucurkan dalam tiga tahun ke depan, yakni tahun anggaran 2017, 2018, dan 2019. Akan tetapi, perseroan juga mengantisipasi jika usulan PMN tersebut tidak seluruhnya dipenuhi seperti usulan untuk tahun anggaran 2016.

Silmy menuturkan, Pindad masih mengkaji kemungkinan obligasi yang akan dilakukan setelah lima tahun mendatang. “Kenapa saya tidak masuk bonds dulu, karena sekarang ada komitmen dari pemerintah dalam bentuk PMN,” imbuh Silmy.

Salah satu alutsista yang butuh banyak modal adalah amunisi (peluru). Silmy menyebut, ke depan kebutuhan peluru ditaksir mencapai 700 juta butir, tiga kali lipat lebih besar dari yang bisa diproduksi Pindad saat ini yang sebanyak 200 juta butir.

“Kenapa 700 juta butir? Tentara kita ada 450.000. Untuk latihan satu tahun perlu 1.500, dikalikan jadi 700 juta. Itu belum pasukan khusus yang bisa 30.000,” jelas Silmy.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pindad pelu meningkatkan kapasitas produksinya dari satu shift menjadi tiga shift, di samping modernisasi alat-alat produksi. Silmy mengatakan, saat ini Pindad masih mengoperasikan mesin yang dibuat sejak zaman kolonial.

“Peralatan kita masih ada yang tahun 1930, zaman Belanda. Itu membuktikan Pindad bisa merawat sesepuh. Kalau tahun depan masih bekerja, siap-siap kuwalat,” seloroh Silmy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com