Isyarat itu muncul dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dengan 11 ekonom dan kalangan pelaku usaha di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/6/2015). Agenda pertemuan tersebut adalah membahas ekonomi Indonesia terkini.
Ekonom Senior Bank Mandiri Destry Damayanti menyatakan, dalam pertemuan itu, Jokowi secara tersirat sangat kecewa dengan kinerja para menterinya, terutama di bidang ekonomi. Dasarnya, pertumbuhan ekonomi nasional pada semester pertama melambat.
Destry bilang, salah satu pemicunya adalah masih ada ego sektoral antarkementerian. Jokowi juga kecewa melihat masih minimnya serapan anggaran pemerintah, yang hingga Juni ini baru 40 persen.
Ekonom senior Bank Danamon Anton Gunawan menambhakan, Jokowi mengaku pemerintahannya butuh menteri yang didengar pasar. Sebab, selain fundamental, faktor lain yang ikut memengaruhi ekonomi adalah persepsi pasar (market perception). "Istilah presiden, perlu menteri yang terpandang dan kuat (star power)," ujar Anton.
Ekonom Hendri Saparini mengatakan, untuk menopang pertumbuhan ekonomi, pemerintah perlu fokus mengembangkan industri manufaktur. Semua itu bisa dilakukan dengan cara meningkatkan sinergi antarkementerian.
Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani menilai, reshuffle diperlukan karena para menteri masih bekerja secara sektoral. Padahal, pembangunan industri butuh sinergi antar kementerian.
Bahkan, Natsir Mansyur, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Logistik memberikan rapor merah untuk tiga menteri Kabinet Kerja. Pertama Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan. Enam bulan pertama jabatannya, Jonan membuat kebijakan yang meresahkan pengusaha dan belum mampu memperbaiki proses perizinan. "Misalnya, ketentuan modal di bidang transportasi," katanya.
Kedua, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo. Kendati memiliki konsep dan teori bagus dalam pengembangan maritim, dia masih memiliki masalah dalam bidang koordinasi.
Ketiga, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri. Sampai paruh pertama masa jabatannya, Hanif belum mempunyai kebijakan yang bagus untuk sektor ketenagakerjaan. (Agus Triyono, Asep Munazat Zatnika)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.