Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, upgrading kilang Plaju kurang efisien lantaran pasokan minyak mentah (crude) susah didapat. “Kan Plaju ini posisinya jauh, sehingga transportasinya jadi mahal. Kalau untuk Plaju, RDMP-nya kita cancel,” terang Dwi ditemui di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Selasa (30/6/2015).
Sebelumnya, BUMN migas itu telah menandatangani memorandum of understanding (MoU) RDMP dengan tiga mitra strategis, Saudi Aramco, China Petroleum Chemical Corporation (Sinopec), serta JX Nippon Oil & Energy Corporation, pada Rabu (10/12/2014).
Rencananya, upgrading ini akan dilakukan pada lima kilang minyak Pertamina, yakni Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, serta Balongan. Diharapkan kapasitas produksi kilang minyak Pertamina meningkat menjadi 1,68 juta barrel per hari (bph) pada 2025. Saat ini, kapasitas produksi kilang minyak Pertamina sebesar 820.000 bph.
“Upgrading akan diselesaikan dalam empat tahun,” kata Dwi.
Upgrading sendiri akan dilakukan dalam dua fase. Pada fase pertama, sebanyak empat kilang akan ditingkatkan kapasitas produksinya, yakni Balongan, Cilacap, Balikpapan, serta Plaju. Fase pertama ini akan dimulai 2018 dan rampung pada 2022. Sementara itu, kilang Dumai akan ditingkatkan kapasitas produksinya pada fase kedua, yang dimulai 2021, dan berakhir 2025.
Direktur Pengolahan Pertamina Rahmad Hardadi mengatakan, upgrading lima kilang tersebut hanya untuk menutupi gap kebutuhan minyak saat ini, dimana konsumsi minyak mencapai 1,6 bph, sedangkan produksi Pertamina hanya 820.000 bph.
“Sementara untuk menutupi kebutuhan minyak karena pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun, akan ditutup dengan pembangunan kilang. RDMP ini adalah start yang baik dan komitmen tepat untuk mencapai kedaulatan energi,” kata Hardadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.