Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Kompas.com - 10/07/2015, 09:58 WIB
Estu Suryowati

Penulis


WASHINGTON, KOMPAS.com
- Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Faktor yang membuat lembaga keuangan internasional itu memangkas pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama, serta adanya turbulensi pasar keuangan China dan Yunani.

Ekonomi dunia diperkirakan tumbuh hanya 3,3 persen tahun 2015, lebih rendah dari proyeksi pada April lalu yang mencapai 3,5 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan lebih lambat dari tahun lalu yang sebesar 3,4 persen.

Hal itu disampaikan IMF dalam revisi Outlook Ekonomi Dunia yang dirilis Kamis (9/7/2015) di Washington.

Proyeksi IMF untuk China dan zona Euro tidak berubah dari estimasi bulan April lalu. Hal itu dikarenakan kedua negara tersebut merupakan sumber potensi risiko. Dalam beberapa pekan terakhir, saham China anjlok, sementara Yunani sedang berjuang untuk mencapai kesepakatan dengan kreditu Eropa untuk tetap tinggal di kawasan Euro.

“Hal ini mengganggu pergeseran harga aset dan meningkatkan volatilitas pasar keuangan, sehingga menyebabkan resiko downside,” tulis laporan IMF seperti dikutip Bloomberg.

Laporan tersebut juga menyebutkan sebagian besar penurunan global didorong oleh AS yang pada tahun ini diperkirakan hanya mampu tumbuh 2,5 persen, lebih rendah dari perkiraan April yang sebesar 3,1 persen. Atas dasar itu IMF merekomendasikan agar The Fed menahan penaikan suku bunga sampai semester pertama tahun depan.

“Meningkatkan output aktual dan potensial melalui kombinasi dukungan permintaan dan reformasi terus menjadi prioritas kebijakan ekonomi,” sebut IMF.

Gejolak baru ekonomi global baru-baru ini diakui IMF disebabkan oleh goyahnya pembicaraan utang Yunani dan terjunnya pasar saham di China. “Di Yunani, perkembangan berlangsung relatif lebih berat dari harapan sebelumnya,” sambung IMF.

Sementara itu, indeks saham acuan China telah anjlok 28 persen, sejak 12 Juni kendati otoritas telah melakukan pembekuan perdagangan di beberapa saham. IMF menengarai, China mengalami kesulitan besar untuk mencapai model pertumbuhan baru, dan malah menimbulkan resiko terhadap pemulihan global.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara maju terkoreksi menjadi 2,1 persen dari sebelumnya 2,4 persen. Pertumbuhan ekonomi di Zona Euro tetap diperkirakan sebesar 1,5 persen. Namun, Jepang terkoreksi menjadi 0,8 persen dari perkiraan April sebesar 1 persen. Perlambatan ekonomi di AS akan menghambat pertumbuhan ekonomi di Kanada dan Meksiko.

IMF memproyeksikan Kanada akan tumbuh 1,5 persen tahun ini lebih rendah 0,7 persen dari perkiraan April. Sedangkan, Meksiko diperkirakan tumbuh 2,4 persen, dari semula 3 persen.

Adapun negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh 4,2 persen tahun ini, turun 0,1 poin dari proyeksi pada April. China diproyeksikan tetap di angka 6,8 persen sementara Brazil akan terkontraksi menjadi 1,5 persen, turun 1 persen dibanding perkiraan April.

Melihat perkembangan global, IMF mendesak negara maju untuk mempertahankan kebijakan moneter yang longgar untuk mengangkat inflasi kembali ke target. Negara-negara dengan ruang fiskal harus meningkatkan pengeluaran, terutama pada infrastruktur, sedangkan kebutuhan untuk reformasi struktural tetap mendesak seluruh dunia maju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Whats New
BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

Whats New
Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Whats New
IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Whats New
Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Whats New
RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

Whats New
OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

Whats New
Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Whats New
[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

Whats New
Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai 'Take Off', Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai "Take Off", Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Whats New
Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Earn Smart
Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Whats New
Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

Cara Migrasi PLN Pascabayar ke Prabayar lewat Aplikasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com