Pelemahan nilai tukar yang berimbas pada perekonomian Indonesia akhirnya berimbas pula pada sektor riil. Para pengusaha dan wirausaha pun merasakan pahitnya perlambatan kondisi ekonomi. Perdagangan ke luar negeri terkendala karena anjloknya harga komoditas dan juga situasi ekonomi negara tujuan ekspor utama Indonesia yang tak begitu baik. Di sisi lain, pengusaha juga masih sulit mendapatkan pendanaan yang lebih ramah karena suku bunga belum juga turun. Suku bunga acuan Bank Indonesia masih berada di posisi 7,50 persen sejak Februari 2015. Ini membuat mereka masih pesimistis melihat kondisi ekonomi saat ini.
Isu lain yang menjadi sorotan adalah lapangan pekerjaan. Baik kelompok masyarakat berpendidikan bawah, menengah, maupun tinggi sebagian besar menilai masih rendah. Hanya saja, kelompok berpendidikan tinggi justru yang paling sensitif terhadap isu ini. Dengan ekonomi yang masih lesu, membuat kelompok ini sangat khawatir terhadap ketersediaan lapangan kerja. Apalagi berbagai pemberitaan soal pemutusan hubungan kerja di sejumlah media justru membuat mereka lebih sensitif. Mereka belum melihat upaya terobosan pemerintah untuk menanggulangi hal ini. Wajar jika penilaiannya masih buruk.
Dampak nyata
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi persoalan ekonomi rupanya belum berdampak nyata. Ini terlihat dari beberapa aspek isu ekonomi yang masih dinilai berbeda antarkelompok masyarakat. Idealnya, kebijakan pemerintah dirasakan semua elemen masyarakat. Ini menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi masih parsial.
Penilaian miring memang masih mendominasi di benak publik. Akan tetapi, melihat beberapa gebrakan yang dilakukan pemerintah, ada sedikit harapan di benak mereka. Mayoritas responden (67 persen) merasa yakin bahwa kinerja pemerintah akan membaik. Mereka percaya bahwa persoalan ekonomi dapat diatasi ke depannya. Inilah modal kepercayaan bagi pemerintah. (Ratna Sri Widyastuti/LITBANG KOMPAS)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juli 2015, di halaman 5 dengan judul "Kebijakan Ekonomi Masih Parsial".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.