Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Ricuh di Blok Cepu, Intervensi Pemerintah Ditunggu

Kompas.com - 02/08/2015, 21:27 WIB
|
EditorLaksono Hari Wiwoho

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah diminta segera melakukan normalisasi di proyek minyak Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (1/8/2015) kemarin. Penanganan cepat dapat menghindarkan risiko paling buruk dari berhentinya produksi di dua area kerja Blok Cepu, yakni mundurnya puncak produksi.

Direktur Eksekutif Indonesian Resource Studies (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, pemerintah harus terlibat, khususnya soal sistem pembayaran gaji karyawan. Menurut Marwan, sudah saatnya pemerintah membuat standar gaji antara ekspatriat dan pekerja lokal yang sama dalam satu level jabatan.

"Kalau (gaji pegawai lokal) lebih rendah, sama saja merendahkan bangsa sendiri,” kata Marwan dihubungi, Minggu (2/8/2015).

Senada dengan Marwan, pengamat energi dari Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan bahwa konflik antara manajemen dan karyawan subkontrak di Cepu bisa jadi dipicu oleh akumulasi kekecewaan karyawan.

Marwan dan Pri yakin kericuhan itu tidak akan berpengaruh signifikan terhadap lifting minyak asalkan pemerintah segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Menurut Pri, jika dua area produksi yang berhenti saat ini segera beroperasi kembali, maka penurunan lifting-nya tidak akan signifikan.

"Tetapi kalau kemudian kerusuhan itu tidak bisa segera ditangani dan kemudian merambat pada penyelesaian proyek, maka artinya puncak produksi bisa mundur lagi,” kata Pri kepada Kompas.com, Minggu.

Dengan kata lain, jika penyelesaian proyek molor, maka ongkos operasi berpeluang bertambah besar sehingga bisa jadi dibebankan menjadi cost recovery. "Tapi ini nanti tergantung dari investigasinya SKK Migas dan EMCL, apakah kericuhan ini kategori force major atau gangguan operasional biasa," kata dia.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi memperkirakan, lapangan Banyu Urip mulai berproduksi pada pekan pertama April 2015. Adapun puncak produksi diperhitungkan mulai Oktober 2015 dan lifting-nya akan bertahan 205.000 barel per hari (bph) selama tiga bulan sejak Oktober.

"Untuk lifting perdana awal April. Tanggal pastinya masih menunggu konfirmasi dari pembeli mengirimkan tanker sampai ke lapangan," kata Amien. (Baca: Puncak Produksi Lapangan Cepu 205.000 BPH, Pemerintah Yakin Target "Lifting" Tercapai)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+