Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak Strategi Investasi Saat Rupiah Melemah

Kompas.com - 26/08/2015, 09:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan yang berimbas terhadap fluktuasi pasar modal. Kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika serikat di Bank Indonesia pada perdagangan Selasa (25/8/2015) melemah ke level Rp 14.067 dibandingkan Senin (24/8/2015) sebelumnya yang Rp 13.998 per dollar AS.

Perencana keuangan dan CEO Mitra Rencana Edukasi Mike Rini mengatakan investor jangka pendek dengan profil trader perlu mewaspadai kondisi tekanan pasar modal. Investor ini perlu memarkir dananya untuk sementara di reksadana pasar uang sambil menanti sinyal beli atau jual.

"Sebab meski harga saham saat ini stabil namun masih terancam berfluktuasi. Apabila investor membeli, maka terpaksa dijual kembali dalam waktu dekat untuk trading saham sehingga tidak merugi apabila harga jual turun," tutur Mike.

Bagi investor trader yang terlanjur menggenggam saham, kata Mike, perlu melakukan cut loss. Investor ini harus memiliki risk management target loss yang bisa ditanggung.

Sebaliknya, investor jangka panjang bisa masuk ke saham atau reksadana saham dengan memanfaatkan melemahnya IHSG. Sehingga, investor bisa mendapatkan saham bagus dengan harga diskon. "Investor jenis ini bisa hold atau menambah lagi alokasi sahamnya. Saat ini waktu yang tepat untuk masuk," ujarnya.

Untuk investor konservatif, bisa masuk ke deposito tiga bulan ataupun reksadana pasar uang. Instrumen tersebut menarik lantaran naiknya suku bunga deposito.

Instrumen lain seperti emas diperkirakan kurang menarik. Pasalnya, kata Rini, instrumen ini telah mengalami kenaikan harga sehingga cukup mahal apabila dikoleksi investor saat ini. "Seharusnya emas beli saat kemarin turun," ujar Mike.

Demikian juga dengan properti yang nasib berisiko karena harganya yang mahal. Menurut dia, harga properti akan murah saat nilai tukar rupiah kembali terjun."Apabila terdapat sinyal harga properti turun, maka investor baru bisa membelinya," tutur dia.

Sementara itu Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, volatilitas pasar saham dan obligasi masih akan berlangsung hingga adanya kepastian suku bunga bank sentral Amerika Serikat, the Fed.

Menurut dia, investor bisa masuk ke reksadana terstruktur atau structured product. Sekadar informasi, ada tiga reksadana yang masuk jenis ini, yakni reksadana terproteksi, reksadana dengan penjaminan dan reksadana indeks. "Sehingga tidak perlu pusing dengan volatilitas harga," kata Budi.

Namun, bagi investor yang terlanjur menggenggam saham bisa sabar dan tetap hold. Pasalnya, Menteri Keuangan mengindikasikan belanja pemerintah bulan Augustus cukup baik. "Kendati demikian, kita diselimuti sentimen negatif yang ekstrim. CDS negara berkembang melonjak dan adanya kekhawatira terhadap dampak perlambatan Tiongkok," kata Budi.

Adapun Head of Operation dan Business Development Panin Asset Management Rudiyanto optimistis nilai tukar rupiah akan kembali menguat pasca keputusan suku bunga the Fed. "Untuk sementara memang masih minim sentimen baik," kata dia.

Namun, investor tak perlu khawatir menghadapi kondisi ini. Menurut dia, investasi dana investasi tetap harus disesuaikan dengan tujuan keuangan dan bukan kondisi pasar. Misalnya, tujuan investasi satu tahun, satu hingga tiga tahun, tiga hingga lima tahun ataupun lima tahun ke atas.

Sedangkan bagi segmen investor tertentu atau high net worth individual, aset alokasi disesuaikan dengan profile risiko, seperti sangat konservatif, konservatif, moderate dan agresif.

Berikut pilihan strategi investasi:

Rudiyanto
Investor ritel biasa
Investasi 1 tahun: 100 persen pasar uang
1-3 tahun: 100 persen pendapatan tetap
3-5 tahun: 100 persen campuran
5 tahun ke atas: 100 persen saham

HNWI investor
1. Sangat konservatif
Deposito 70 persen
Reksadana Pendapatan tetap 10 persen
Reksadana Campuran 10 persen
Rekadana Saham 10 persen

2. Konservatif
Deposito 10 persen
Reksadana Pendapatan tetap 70 persen
Reksadana Campuran 10 persen
Reksadana Saham 10 persen

3. Moderat
Deposito 10 persen
Reksadana Pendapatan tetap 10 persen
Reksadana Campuran 70 persen
Reksadana Saham 10 persen

4. Agresif
Deposito 10 persen
Reksadana Pendapatan tetap 10 persen
Reksadana Campuran 10 persen
Reksadana Saham 70 persen
(Wahyu Satriani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com