Sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (28/8/2015), Kepala Riset Institut Keuangan dan Perbankan bank sentral China, Yao Yudong menyatakan bergolaknya pasar finansial beberapa waktu terakhir ini dipicu oleh antisipasi investor terhadap rencana penaikan suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Menurut Yao Yudong, The Fed seharusnya menunda rencana tersebut guna memberi kesempatan pasar di negara-negara berkembang untuk mempersiapkan diri. Dia juga menyerukan agar semua pihak tidak mengkambing-hitamkan langkah Beijing yang melakukan devaluasi yuan sebagai pemicu kekacauan di pasar finansial.
"Langkah China melakukan reformasi mata uang tidak memiliki korelasi dengan volatilitas pasar. Justru gejolak disebabkan oleh rencana kebijakan moneter The Fed. Namun justru kami yang disalahkan," kata Yao.
Pernyataan Yao tersebut berbeda dengan komentar para analis, yang menilai bahwa gejolak yang terjadi di pasar akibat kekhawatiran pemodal terhadap perekonomian China yang melambat secara signifikan. Hal itu berdampak terhadap perekonomian global dan memukul harga komoditas.
Yao mengatakan bahwa perekonomian di negaranya tetap pada jalur yang sesuai, meskipun banyak negara berkembang bakal mengalami kesulitan ekonomi saat The Fed menaikkan suku bunga acuannya.
"Karena itu kami berharap agar Federal Reserve bisa menunda rencananya untuk menaikkan suku bunga acuan. Mereka seharusnya tidak hanya mengacu pada perekonomian AS semata, namun juga perekonomian global," lanjut dia.
Sebelumnya, Presiden Federal Reserve New York William Dudley mengakui bahwa kebijakan yang diambil The Fed akan berdampak secara global. Namun demikian, bank sentral AS tetap akan fokus pada perekonomian dalam negerinya.
Sementara itu sejumlah sumber Reuters menyebut bahwa China terkaget-kaget bahwa kebijakan melemahkan nilai tukar yuan direspon secara global.
Indonesia juga terkena dampak dari bergejolaknya pasar dalam waktu belakangan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melorot hingga menembus Rp 14.000 per dollar AS. Selain itu indeks di pasar modal Indonesia juga melemah hingga menyentuh level psikologis 4.100 dari titik tertingginya 5.500.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.