Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indef: Indonesia Belum Krisis, tetapi Sudah Kritis..

Kompas.com - 03/09/2015, 09:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute National Development and Financial (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan pada saat ini Indonesia belum berada dalam kondisi krisis, namun posisinya sudah memasuki tahap kritis.

baca juga:  Ini Perbandingan Indikator Ekonomi Tahun 2015 dengan Saat Krisis 1998

"Kalau tidak segera direspon, ya tinggal nunggu masa kritis saja," kata Enny Sri Hartati dalam diskusi memitigasi potensi krisis ekonomi di Indef, Jakarta, Rabu (2/9/2015).

Ia menjelaskan, hal tersebut berdasarkan dari indikator pada bulan Agustus 2015 yang menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan.

Kemudian mulai terjadi aliran modal keluar atau capital flight. Selanjutnya, harga kebutuhan pokok masih mengalami peningkatan, inflasi bahan makanan bulan Agustus masih mencapai 0,91 persen (month to month/mtm) atau 9,26 persen (year on year/yoy).

Selain itu, buruh juga melakukan demonstrasi serta data federasi serikat pekerja mengenai adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).  Sementara itu, pemerintah menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam kondisi fundamental yang kuat serta stabil.

baca juga: "Ada Potensi PHK 100.000 Tenaga Kerja"

"Krisis ekonomi di Malaysia telah menjalar pada krisis politik, ini harus segera direspon, jangan hanya memberi ketenangan saja," kata Eny.

Eny mengkhawatirkan, Indonesia akan kembali terjebak pada krisis ekonomi seperti pada tahun 1998. karena kemungkinan itu bukan merupakan hal yang mustahil.

Untuk itu harus segera dilakukan langkah-langkah yang konkrit, cepat dan tepat untuk memitigasi potensi risiko krisis.

Indikatornya ia menjelaskan, jika sektor keuangan sudah menjalar pada kemampuan pemerintah dalam menyediakan barang atau jasa, dan itu tidak terpenuhi maka akan banyak daya beli masyarakat yang menurun.

Jika daya beli menurun, maka banyak pabrik atau perusahaan yang merugi, kemudian muncullah banyak kasus PHK, akhirnya banyak pengangguran yang membuat banyaknya permintaan namun sedikit ketersediaan lapangan kerja.

"Kalau sudah tahap akhir, maka bisa dibilang Indonesia sudah tahap kolaps, karena pengangguran akan mempengaruhi daya tahan pemenuhan kebutuhan rumah tangga atau daya beli, ini harus dihindari," katanya.

baca juga: IMF dan "Malapraktik" Ekonomi Indonesia pada 1998

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com