KOMPAS.com - Dalam pengalaman Fransisca Yunisha, rasa tak percaya diri alias PD dan modal acap menjadi sandungan wirausaha pemula. Paling tidak, pengalamannya mendirikan sekaligus mengelola Baking Cooking with Love (BCL) sejak 6 Maret 2015 menunjukkan kenyataan itu. "Iya, banyak wirausaha pemula yang tidak percaya diri. Mereka juga kesulitan modal," katanya di sela-sela seminar bertajuk "Homepreneur serta Membangun Jiwa Wirausaha yang Bijak dalam Berinvestasi" pada Sabtu (5/9/2015), pekan lalu.
Berangkat dari situlah, Fransisca yang pun mengelola BCL agar memunyai keunikan ketimbang komunitas-komunitas masak-memasak dalam jaringan (online) yang sudah ada. Fransisca, perempuan yang lahir di Kabupaten Blora, Jawa Tengah itu, selalu menekankan bahwa BCL adalah komunitas berbasis edukasi. "Itu juga menjadi salah satu hashtag (tanda pagar) kami," tuturnya.
BCL lanjut Fransisca berangkat dari sosial media. Dalam hal ini adalah grup WhatsApp. Modal dasar dari grup ini adalah kesamaan dalam dunia memasak dan kuliner. Gara-gara kesamaan itu, BCL mampu menjangkau banyak pemula.
Kemudian, dalam waktu relatif singkat, komunitas ini sepakat memperbesar cakupan dengan mencatatkan akun "Baking and Cooking with Love" di sosial media Facebook. Saat ini, tercatat ada 11.125 anggota atau member BCL. Dari jumlah itu, mereka terbagi dalam 18 koordinator wilayah (korwil) di seluruh Indonesia. "Anggota yang aktif sekitar dua persen," ujar lulusan Fakultas Sumber Daya Manusia Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada 1997 tersebut.
Fransisca mengakui salah satu pemicu meluasnya keanggotaan BCL adalah dengan maksimalisasi penggunaan media sosial. "Efek viralnya memang hebat," aku Fransisca.
Media sosial, imbuh Fransisca, juga membuat para anggotanya mampu menghasilkan uang dari kegiatan berjualan makanan dalam jaringan (daring). Salah satunya, Elly Widianingsih. Perempuan berambut panjang itu memproduksi klapertaart sejak 2010 dari hobi memasaknya. Rata-rata, dalam sebulan, Elly bisa mencatatkan pendapatan Rp 5 juta. Sementara, saat Hari Raya, pendapatan Elly melonjak hingga kisaran Rp 30 juta.
Sementara itu, Hoesana Doee, anggota BCL pula, yang mengandalkan produk cheese stick dan mi rumahan sejak 2014 juga mampu meraih pemasukan setiap bulannya di angka Rp 2 juta. Hoesanna yang mengusung merek Omah Bungur memanfaatkan media sosial melalui telepon selular (ponsel) pintarnya.
Tak cuma itu, untuk mendistribusikan produknya, Hoesanna juga menyertakan tetangganya yang menjadi tukang ojek. Hoesanna memanfaatkan pula aplikasi ojek dalam jaringan untuk pengantaran produknya itu. Lagi-lagi, cara itu ditempuhnya melalui sosial media di ponsel pintarnya.