Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan Bank BUMN soal Utang 3 Miliar Dollar AS dari China

Kompas.com - 29/09/2015, 17:44 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah direksi bank-bank pelat merah siang ini memberikan penjelasan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI, terkait utang 3 miliar dollar AS dari China Development Bank (CDB).

Tiga Direktur Utama yang hadir dalam RDP tersebut yaitu Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam, serta Direktur Utama Bank BNI Ahmad Baiquni.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi mengatakan, dalam lima tahun ke depan perbankan butuh menyediakan pembiayaan sekitar Rp 2.750 triliun(130 miliar dollar AS), atau separuh dari kebutuhan anggaran infrastruktur.

Pembiayaan tersebut bisa digunakan oleh pihak swasta atau BUMN yang akan mengerjakan proyek-proyek infrastruktur. Di sisi lain, hingga saat ini total dana pihak ketiga dari seluruh perbankan di Indonesia sebesar Rp 4.300 triliun, dengan total kredit sebesar Rp 3.800 triliun. Artinya, kata Budi, sisa likuiditas yang ada hanya sekitar Rp 400 triliun (27 miliar dollar AS).

“Dalam 5 tahun ke depan dibutuhkan 130 miliar dollar AS untuk infrastruktur, uang yang ada sekarang cuma 27 miliar dollar AS, jadi short (kekurangan) 104 miliar dollar AS. Kalau kita pengen mengeksekusi pembangunan infrastruktur sesuai RPJMN, itu kenapa kita harus menarik pinjaman dari CDB,” kata Budi, di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/9/2015).

Sementara itu Asmawi menjelaskan, pinjaman dari CDB cukup menarik dari sisi bunga pinjaman. Dalam nota kesepahaman disepakati 70 persen pinjaman dalam bentuk dollar AS (USD), dan 30 persen pinjaman dalam bentuk Renminbi (RMB). Bunga pinjaman dalam USD ekuivalen 3,4 persen.

Menurut Asmawi, bunga pinjaman ini cukup rendah jika dibandingkan dengan pendanaan yang didapat dari pasar finansial dan pasar saham. “Obligasi pemerintah di tenor 10 tahun, bunganya 4,3 persen, sedangkan obligasi korporasi bunganya 50 basis poin (bps) sampai 100 bps. Angka 3,4 persen, menjadi sangat menarik,” kata dia.

Adapun bunga pinjaman dalam bentuk RMB ekuivalen 6,1 persen. Direktur Utama BNI Ahmad Baquni menambahkan, pinjaman dari CDB akan digunakan perseroan untuk melakukan ekspansi bisnis, pembiayaan infrastruktur dan pengelolaan likuiditas jangka panjang.

Pada 2016 dan 2017, BNI juga harus melunasi pinjaman dalam valuta asing (valas) yang akan jatuh tempo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com