Gatot juga meluruskan, isyu yang berhembus bahwa pinjaman ini adalah salah satu skenario privatisasi tiga bank BUMN, yakni Mandiri, BRI, dan BNI. “Tidak ada jaminan sama sekali dan tidak ada yang digadaikan. Kami komitmen tidak ada yang kita gadaikan dari negeri ini,” kata Gatot dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR-RI, Jakarta, Selasa (29/9/2015).
Gatot menjelaskan, utang dari CDB ini merupakan pinjaman jangka panjang yang akan digunakan untuk pembiayaan infrastruktur dengan tenor 10 tahun. CDB menjadi salah satu solusi, di tengah kondisi dunia saat ini.
“Kondisi di dunia saat ini, tidak mungkin kita dapat pinjaman sebesar ini dari negara mana pun,” ucap Gatot.
Seharusnya, kata Gatot, Indonesia perlu mensyukuri ada negara yang mau memberikan pinjaman sebesar itu. “Ini harus dipandang sebagai kepercayaan dunia pada Indonesia di tengah kondisi ekonomi seperti saat ini,” kata Gatot.
Selain untuk menambal kebutuhan pembiayaan infrastruktur, Gatot juga mengatakan, masuknya dana 3 miliar dollar AS dari CDB bisa sedikit menambah cadangan devisa Indonesia yang saat ini hanya 103 miliar dollar AS.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, pinjaman dari CDB murni business to business (B2B), tanpa syarat yang mengikat. Masing-masing bank BUMN mendapat utang 1 miliar dollar AS, 70 persen dalam bentuk dollar AS (USD), dan 30 persen dalam bentuk renminbi (RMB).
Untuk BRI, penambahan modal ini akan digunakan untuk pembiayaan infrastruktur, dan peningkatan nilai tambah produk primer. “Pinjaman CDB ini tanpa jaminan, tidak ada aset dan tidak ada saham yang kita jaminkan. Tidak ada yang mengikat, selain list dari project,” kata Asmawi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.