Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 06/10/2015, 12:03 WIB
Penulis Yoga Sukmana
|
EditorErlangga Djumena
JAKARTA, KOMPAS.com — Kemarahan Pemerintah Jepang lantaran proyek kereta cepat Jakarta-Bandung diserahkan kepada China dinilai sebagai konsekuensi logis. Pasalnya, pemerintah dianggap tak matang dalam menyusun suatu kebijakan. Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, justru terang-terangan menyebut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai orang yang bertanggung jawab terkait proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan dampak yang ditimbulkannya, termasuk respons kemarahan Pemerintah Jepang.

"Ya tanggung jawab Menteri BUMN-lah. Proyek kereta cepat ini aneh dan 'baunya enggak enak'," ujar Agus saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Selasa (6/10/2015).

Menurut dia, setiap keputusan seharusnya ditentukan secara fair karena akan memengaruhi geopolitik hubungan suatu negara. Akibat persoalan proyek kereta cepat ini, kata Agus, pemerintah harus kembali memperhatikan peta geopolitik.

"Biasa saja (respons Pemerintah Jepang) dan sebagai tanda bahwa Jokowi harus perhatikan peta geopolitiknya. Jangan asal main pilih tanpa mikir," kata Agus.

Dihubungi terpisah, pengamat kebijakan publik lainnya, Danang Parikesit, mengatakan bahwa dalam setiap kebijakan, posisi pemerintah begitu penting. Misalnya, bila mengambil contoh proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, sebelum proyek itu dilempar kepada calon investor, pemerintah harus memiliki kriteria desain yang menjadi acuan para investor.

Beberapa waktu lalu, Danang Parikesit mengaku kaget setelah mempelajari dua proposal kereta cepat Jakarta-Bandung yang disodorkan Jepang dan China. Rupanya, dua proposal itu memiliki parameter perencanaan yang berbeda-beda.

"Membandingkan proposal Jepang dan China tidaklah relevan. Selain mereka memiliki parameter perencanaan yang berbeda-beda, kedalaman analisis yang disampaikan juga tidak setara. Akibat dari parameter perencanaan yang berbeda-beda ini, seolah-olah kita membandingkan sushi dengan dimsum. Enggak bisa dibandingkan," ujar Danang, Kamis (3/9/2015).

Selanjutnya, dua proposal itu seakan-akan ditolak pemerintah. Namun, pemerintah membuat berbagai syarat, di antaranya proyek itu tak menggunakan dana APBN, dilakukan secara bussiness to business (B to B), dan diserahkan kepada Kementerian BUMN.

Ternyata, beberapa hari lalu, Rini Soemarno mengatakan bahwa proposal China yang memenuhi syarat pemerintah. Padahal, sebelumnya, proposal tersebut sudah ditolak.

"Begini, soal kereta cepat supaya semua jelas. Padahal, kan sebetulnya keputusan pemerintah sangat jelas. Nah, kalau dilihat dari dua proposal yang diterima, yang memenuhi syarat adalah proposal dari Tiongkok karena dari Tiongkok tidak meminta jaminan dari pemerintah. Tidak minta anggaran dari pemerintah dan ini transaksi B to B karena BUMN dengan BUMN," ujar Rini saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (1/10/2015).

Karena itu pula, kata dia, Kementerian BUMN melakukan pendalaman kepada BUMN China. Lalu, akhirnya disepakti untuk membuat joint venture agreement. "Sekarang lagi negosiasi. Yang diputuskan juga adalah ini konsorsium dari BUMN," kata Rini.

Baca juga: Sesalkan soal Kereta Cepat, Jepang Tinjau Kembali Hubungan Bisnis dengan Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+