Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Kilang Milik Pertamina Beroperasi, Impor Premium Susut 30 Persen

Kompas.com - 07/10/2015, 14:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina memastikan bahwa Kilang Tuban milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) bakal beroperasi penuh bulan ini. Selain itu, perusahaan  ini juga akan mengoperasikan kilang Residual Fluid Catalytic Cracking atau RFCC Cilacap.

Direktur Pengolahan PT Pertamina Rahmat Hardadi mengungkapkan, saat ini, kilang TPPI baru memasuki tahapan start up. Ini artinya sudah mulai beroperasi, meskipun kapasitas pengolahan masih belum mencapai kapasitas maksimal.

"Saat ini kami mengarah pada kapasitas mencapai 100 persen yaitu mencapai 100.000 barel per hari. Prosesnya bertahap ya," ujar Rahmat kepada Kontan, Selasa (6/10/2015).

Rahmat optimistis dalam empat hingga lima hari ke depan kilang TPPI bisa mencapai kapasitas maksimal tersebut. Cepatnya pengolahan kilang TPPI mencapai kapasitas maksimal disebabkan karena kilang TPPI dioperasikan oleh orang-orang yang sudah berpengalaman. "Mungkin pada 9 Oktober nanti produksi sudah bisa full capacity," ujarnya.

Sementara itu, ketika ditanya mengenai proses akuisisi 22 persen saham Agro Capital BV dan Agro Global Holding BV di PT Trans Pacific Petrochemicals Indotama, Rahmat mengaku hingga saat ini prosesnya masih dalam tahap perundingan.

"Nanti ke depannya kami lihat. Tapi arahnya adalah kami ingin mengoperasikan infrastruktur TPPI untuk mengurangi impor premium dan solar," kata Rahmat.

Hanya saja, menurut Rahmat, meskipun kilang TPPI sudah beroperasi secara penuh, Pertamina belum tentu bisa menurunkan harga jual premium. Sebab banyak pekerjaan lain yang perlu dilakukan agar Pertamina bisa meningkatkan efisiensi.

Selain mengurusi kilang TPPI, Pertamina juga akan segera mengoperasikan Kilang Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap pada pekan kedua Oktober 2015.

Saat ini, RFCC Cilacap sudah memasuki tahapan akhir commissioning alias pengetesan untuk beroperasi.

Proyek RFCC dilaksanakan konsorsium PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dan Goldstar Co. Ltd. Korea Selatan dengan nilai proyek US$ 1,4 miliar. Saat ini, produksi Premium dari kilang Cilacap sebanyak 61.000 barel per hari. Dengan beroperasinya RFCC, produksi dari Kilang Cilacap akan menjadi 91.000 barel per hari atau naik 30.000 bph.

Menekan impor

Vice Presiden Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro menjelaskan, selain memproduksi high octane mogas component (HOMC) yang merupakan bahan baku pembuatan premium, RFCC Cilacap juga akan meningkatkan produksi LPG dari Kilang Cilacap menjadi 1.066 ton per hari dan produk baru propilena sebanyak 430 ton per hari.

Dengan beroperasinya RFCC Cilacap tersebut, Wianda menyebut, impor premium Pertamina akan berkurang sekitar 30.000 barel per hari atau 10,95 juta barel per tahun yang setara dengan 10 persen impor. "Kalau Kilang TPPI beroperasi bisa mengurangi impor premium 20 persen," kata dia. Alhasil, bila dua proyek ini berjalan penuh akan mengurangi impor sekitar premium sebanyak 30 persen.

Sementara itu, untuk jangka panjang menurut Rahmat, Pertamina juga terus berusaha menyelesaikan proyek refining development master plan (RDMP) atau peningkatan kapasitas produksi kilang Pertamina.

Dalam proyek RDMP ini, Pertamina kaan meningkatkan kapasitas kilang pengolahan Pertamina yang saat ini mencapai 820.000 per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph.

Rahmat mengungkapkan, proyek RDMP ini sudah memasuki tahapan untuk dimulainya pembangunan proyek tersebut. "Saat ini kami baru memasuki tahapan dimulainya proyek, kira-kira pembangunannya mencapai sekitar lima tahun ke depan," ujar Rahmat. (Febrina Ratna Iskana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com