Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pelaku Pasar Menantikan Keputusan The Fed?

Kompas.com - 10/10/2015, 08:00 WIB
                               Oleh Ryan Filbert
                                  @RyanFilbert

KOMPAS.com - Pertanyaan ini sempat ditanyakan kepada saya beberapa bulan terakhir ini. Apalagi hampir setiap bulan selalu ada berita di mana-mana yang mengatakan Federal Reserve (The Fed) tidak jadi menaikkan suku bunga. Lah, lantas sebenarnya ada apa sampai-sampai kebijakan ini juga ditunggu oleh pelaku pasar di Indonesia bahkan hingga di seluruh dunia?

Agar kita memahami kondisi The Fed di Amerika Serikat ini, setidaknya kita perlu mengetahui bahwa beberapa tahun yang lalu, terjadilah sebuah peristiwa bersejarah mengenai krisis kredit perumahan di AS yang dikenal dengan "Krisis Subprime Mortgage" tepatnya pada tahun 2008.

Berbeda dengan negara kita tercinta Republik Indonesia, negara-negara di Amerika dan juga Eropa terjadi sebuah perlambatan ekonomi yang ditandai dengan minimnya pertumbuhan inflasi di negara-negara tersebut. Untuk mengatasi krisis, maka pemerintah Amerika melakukan sebuah kebijakan ‘uang murah’ yang dikenal dengan Quantitative Easing (QE).

Nah, QE ini adalah sebuah strategi membanjiri pasar dengan uang berbunga murah sampai dengan gratis. Jadi dalam bayangan sederhananya, negara memanggil bank-bank yang ada lalu bank tersebut diberikan sejumlah dana untuk disalurkan.

Apa tujuannya? Agar dengan bunga yang murah itulah para rakyatnya dapat menggunakan uang lebih konsumtif sehingga akan berdampak pada naiknya tingkat inflasi di negara tersebut.

Ya, inflasi itu kenaikan harga dan harga naik karena permintaan terhadap barang meningkat, teori ekonomi sederhana saja.

Masalah negara maju adalah masyarakatnya memang tidak terlalu gemar konsumsi, tidak seperti Indonesia yang masih berkembang. Alhasil, uang yang diberikan dengan bunga murah, bahkan gratis, ini justru malah digunakan untuk berinvestasi. Bursa AS telah pulih dan mendobrak rekor tertingginya kembali di tahun 2013.

Pulihnya bursa bukan diakibatkan karena perekonomian membaik, melainkan efek uang berbunga murah masuk ke pasar-pasar investasi di bursa. Nah, uang hasil ‘pinjaman’ oleh AS dari QE itu, yang seharusnya bertujuan meningkatkan inflasi AS, justru mengalir ke banyak negara lain, termasuk ke Indonesia, baik masuk ke bursa atau pasar modal maupun dalam bentuk lainnya.

Sadar karena jurus uang murahnya tidak memperbaiki kondisi perekonomian, maka si uang murah ini ditarik kembali, yang dikenal sebagai istilah ‘tapering’. Dan salah satu jurus dari negara dan bank sentralnya untuk mengendalikan uang beredar adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan suku bunga.

Sebagai pengendali yang memberikan keputusan atas kebijakan moneter AS, The Fed sepanjang tahun 2015 ingin melakukan sebuah kebijakan ‘menarik uang murah’ dengan menaikkan suku bunga.

Di sinilah letak kekhawatiran para pelaku pasar di dunia, karena uang-uang murah menghuni pasar modal, yang bila dananya ditarik dalam satu momen akan terjadi penurunan.

Oleh karena itulah kebijakan The Fed menjadi sebuah penantian bagi pelaku pasar karena dikhawatirkan dampaknya akan membuat pasar finansial mengalami penurunan, termasuk di Indonesia.

Harga saham yang kebanjiran uang murah tentunya akan meroket dan berubah dari harga wajar menjadi harga yang tidak wajar ibarat membeli nasi goreng di gerobak dengan membeli nasi goreng di hotel, sama-sama nasi goreng tapi harganya berbeda.

Pada saat ini menjadi sebuah kekhawatiran akan jatuhnya saham-saham berharga tidak wajar kembali ke harga semula akibat ketidaksesuaian dengan kinerja perusahaan sebenarnya.

Meskipun The Fed akan mempertahankan ataupun menaikkan suku bunganya, seorang investor perlu melihat nilai perusahaan dibandingkan berfokus pada harga saham, hanya seorang pedagang yang sangat peduli dengan harga.

Salam investasi untuk Indonesia.

dok pribadi Ryan Filbert
Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksa dana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain:Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market, Bandarmology , dan Rich Investor from Growing Investment.
Di tahun 2015 Ryan Filbert menerbitkan 2 judul buku terbarunya berjudul Passive Income Strategy dan Gold Trading Revolution. Ryan Filbert juga sering memberikan edukasi dan seminar baik secara independen maupun bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com