KOMPAS.com - Sedikitnya ada empat tantangan pasar asuransi di Indonesia pada waktu mendatang. Tantangan-tantangan itu masih punya kaitan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai angka hingga 250 juta jiwa.
Adalah anggota Pengawas Dewan Asuransi Indonesia Harry H. Diah yang memaparkan catatannya kemarin berkenaan dengan Hari Asuransi Nasional yang diperingati tiap tanggal 18 Oktober. Harry mengatakan bahwa dalam beberapa tahun ini ada perubahan di pasar asuransi Indonesia. Perubahan itu menyangkut generasi yang dilahirkan sebelum 1970-an. Saat ini, generasi tersebut digantikan oleh generasi berumur antara 30-35 tahun, masih sendiri (single) atau yang sudah membentuk keluarga kecil dan muda.
Harry mengatakan pasar yang menjadi bidikan perusahaan-perusahaan asuransi itu adalah kelompok mereka yang lebih terpelajar, memiliki cukup uang, dapat menerima dan tertarik dengan asuransi serta memiliki kepedulian dengan asuransi. Tetapi, kelompok ini kebanyakan berasal dari kelompok kelas menengah (middle class) dan menengah bawah (middle lower), memiliki kecenderungan untuk membeli hal yang simpel, dengan cara yang cepat, dan premi yang murah. "Mereka ini ingin tahu perhitungannya, benefit yang akan mereka dapatkan, dan sedikit menekankan hubungan personal atau lebih akrab," imbuh Harry.
Masih menurut Harry, secara umum, industri asuransi di Indonesia mencatat perkembangan bisnis yang bagus pada 2014. Hal ini berkait dengan pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,02 persen.
Edukasi
Lebih lanjut menurut Harry, pertumbuhan premi yang tinggi ini diharapkan dapat terus dijaga. Pasalnya, angka penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah.
Berdasar data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai akhir 2014, angka penetrasi asuransi komersial hanya 1,74 persen. Angka tersebut merupakan perbandingan antara total premi bruto asuransi terhadap perdapatan domestik bruto (PDB). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, memang ada peningkatan penetrasi karena pada tahun 2013 penetrasi asuransi berada di angka 1,65 persen. OJK menargetkan penetrasi industri asuransi mampu tumbuh 20 persen dalam rentang 2-3 tahun ke depan.
Mengingat masih rendahnya penetrasi asuransi ini, Harry Diah mengingatkan agar sosialisasi asuransi harus selalu dilakukan. Sosialisasi ini sebaiknya dilakukan secara bersamaan oleh seluruh pelaku bisnis industri asuransi yang juga harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah melalui kebijakan dan peraturan yang di terbitkan. Apabila hal ini dapat terwujud, tingkat kesadaran masyarakat atas pentingnya asuransi akan sangat berkembang seperti halnya di negara-negara maju. "Sosialisasi ini bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan edukasi yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan dari berbagai usia, yang didukung dengan adanya produk yang sesuai juga dengan kebutuhan,” katanya.
Menurut Harry, edukasi harus dilakukan secara berkala dengan komitmen yang tinggi dari semua pelaku industri ini. Di sisi lain, industri juga harus memiliki produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat dengan cukup mudah dimengerti oleh masyarakat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.