Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Freeport, Antam Akan Revaluasi Aset

Kompas.com - 25/10/2015, 08:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Diskon pajak atas perusahaan yang melakukan revaluasi aset-asetnya  menerbitkan harapan bagi  PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Utamanya terkait penugasan dari pemerintah untuk mengakuisisi 10,64 persen saham PT Freeport Indonesia.

Revaluasi aset menjadi peluang bagi Antam untuk menilai ulang aktiva perusahaan terutama asetnya yang berupa aktiva tetap.

Hitungan ulang inilah yang akan menjadi dasar pengenaan pajak pertambahan nilai atau PPN Antam.

Jika revaluasi aset dilakukan tahun ini, Antam hanya akan mendapat keringanan pembayaran pajak dari 10 persen menjadi hanya 3 persen dari total nilai aset hasil revaluasi.

Keuntungan lain adalah revaluasi aset akan membuat nilai aset perusahaan naik lantaran ada penyesuaian nilai.

Ini bisa menjadi modal untuk menambah pinjaman dari perbankan untuk menggenjot ekspansi usaha.

Seperti dikutip Kontan, Jumat (23/10/2015), Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Tedy Badrujaman mengatakan, kebijakan  dalam paket ekonomi  V itu berpengaruh positif bagi Antam.

Makanya, Antam akan menggunakan kesempatan itu.

Sekretaris PT Aneka Tambang Tbk Tri Hartono menambahkan, Antam memang tengah mengkaji serius opsi untuk melakukan revaluasi aset. Bahkan, langkah ini telah mendapat lampu hijau dari dewan direksi.

"Cuma secara persis kapan akan kami mulai, kami belum tahu pasti. Kami berharap tidak harus menunggu sampai awal tahun 2016. ," kata dia.

Mengacu laporan keuangan emiten berkode ANTM kepada Bursa Efek Indonesia  (BEI), aset yang dimiliki Antam  di semester I-2015 mencapai Rp 22,55 triliun.

Jumlah ini meningkat sedikit dibandingkan dengan akhir 2014 yang mencapai Rp 22,00 triliun.

"Mengenai berapa persen peningkatan jumlah aset kami jika revaluasi telah kami lakukan, tapi bisa kami sebutkan sekarang," ujar Tri.

Tri juga belum bisa memastikan peningkatan nilai aset Antam pasca revaluasi aset apakah akan menjadi dasar untuk meningkatkan pengajuan pinjaman ke perbankan.

Ia bilang, meskipun revaluasi aset tak dilakukan, ruang Antam untuk meningkatkan pinjaman masih ada.

"Hanya saja revaluasi memang menjadi salah satu opsi yang bisa kami pergunakan untuk memperkuat kemampuan pendanaan kami dalam mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia," jelasnya.

Namun dia menegaskan, kepastian jadi tidaknya Antam ditunjuk untuk menjadi pembeli saham PT Freeport Indonesia masih menunggu putusan pemerintah.

Pasalnya, hingga saat ini, mekanisme divestasi maupun skema pembiayaannya juga  belum ada kepastian.

"Karena memang sampai saat ini perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia masih alot. Terlebih dengan perdebatan soal Initial Public Offering (IPO) dan sebagainya," ungkapnya.

Hanya Antam mengakui dibandingkan hanya sekadar menjadi pemegang saham minoritas di PT Freeport Indonesia, keuntungan pemerintah jauh lebih besar jika mempercayakan pengelolaan  tambang yang kini dikelola PT Freeport kepada PT Antam.

Ini jika Kontrak Karya PT FI tidak diperpanjang pasca tahun 2021.

Apalagi semenjak tahun 1997, Antam sudah memiliki teknologi pertambangan bawah tanah untuk mineral emas di Pongkor.

"Kami sudah memiliki pengalaman, SDM dan teknologi untuk itu. Bahkan orang Freeport pernah belajar di pertambangan Pongkor milik kami. Kendalanya memang di kekuatan pendanaan dimana kami memang masih terbatas untuk mengelola Freeport," ucap Tri.            (Dityasa H Forddanta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com