Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini, Orang seperti Risma Pun "Diganggu"

Kompas.com - 26/10/2015, 05:30 WIB

Seperti kepada RJ Lino, Ignasius Jonan, atau Risma, saya selalu berkata pendek kepada mereka, "Tetaplah sehat, semoga Tuhan selalu bersama Bapak/Ibu."

Hal yang sama juga diberikan kepada sahabat saya, Awang Faroek Ishak, yang sempat duduk di kursi roda setelah berjuang keras membatasi laju usaha tambang di wilayahnya karena merusak lingkungan.

Masih banyak lagi tokoh-tokoh perubahan yang selalu diganggu. Apakah itu Kang Yoto (Bojonegoro), Ridwan Kamil (Bandung), Abdullah Azwar Anas (Banyuwangi), IB Rai Dharmawijaya Mantra (Denpasar), bahkan juga yang masih muda: Bima Arya Sugiarto (Bogor).

Semua orang itu mengaku sering diganggu. Tentu tingkat tekanan yang mereka hadapi berbeda-beda, dan daya lentur mereka tidak sama.

Namun, semakin mereka teguh, semakin diteriakkan kebalikannya. Mereka lebih suka memakai anggaran pembangunan untuk rakyat ketimbang menyetor untuk para politisi dan preman.

Karena itulah, mereka bisa dianggap kurang loyal. Aneh memang, semakin hari semakin banyak kita saksikan partai pendukung yang justru beralih menjadi penekan. Ini benar-benar anomali.

Yang ditekan pun bukan ide, melainkan orang, jabatan, dan selalu terkait dengan uang (anggaran belanja, investasi, kerja sama usaha, atau pembelian-pembelian).

Di media sosial pun akun-akun anonim bertebaran. Para mafia membentuk akun-akun dengan judul "anti-mafia", "pro-reformasi", "suara rakyat", dan sebagainya yang isinya justru berbalikan dengan judulnya.

Keberadaan mereka tentu karena ada yang memelihara dengan admin yang berjaga 24 jam memutarbalikkan kebenaran.

Non-finito

Dua bulan yang lalu, saya diajak sahabat saya yang mengajar di Firenze, Italia, untuk melihat karya seni rupa Michael Angelo. Dia pun menghadiahkan saya dua replika karya Angelo yang dikenal sebagai "The Naked Slaves".

"The Naked Slaves" sendiri terdiri atas 4 patung, yang aslinya setinggi lebih kurang 2,5 meter. Patung-patung itu telanjang, tetapi tidak porno; sesuai dengan zamannya, dibuat dalam era Renaissance.

Kala itu, para pematung pun hanyut dengan science, dan mereka belajar mengenai anatomi tubuh manusia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com