Hal ini tercermin dari penetapan kurs rupiah dalam asumsi makro tahun depan sebesar Rp 13.900 per dollar AS.
Wakil Ketua Kadin Suryani SF Motik mengatakan, ada beberapa poin yang kurang tetap seperti kurs rupiah, pertumbuhan ekonomi dan inflasi pada tahun depan.
"Tahun depan rupiah Rp 13.250 per dollar AS masih mungkin karena kisarannya Rp 13.600, kenapa dinaikkan Rp 13.900. Saya melihat pemerintah ini tidak 'pede' (percaya diri)," ujar Suryani saat diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (31/10/2015).
Kemudian persoalan pertumbuhan ekonomi tahun depan yang dipatok akan tumbuh 5,3 persen. Padahal menurut Suryani, angka tersebut bisa tumbuh lebih tinggi lagi mengingat Indonesia sudah masuk ke dalam G20.
"Lalu inflasi yang masih tinggi 4,7 persen, padahal ini bisa ditekan karena penyebabnya kan soal makanan, impor beras, daging dan sebagainya," tutur Suryani.
Suryani menyarankan, untuk menekan inflasi diperlukan keseriusan pemerintah dalam mencari solusi persoalan yang membuat inflasi menjadi tinggi.
Namun, jika melihat anggaran kementerian yang ada, sektor agrikultur paling rendah dibandingkan lainnya.
"Penyebabnya kan dimakanan, tapi ini paling rendah kementeriannya jadi tidak merefleksikan pemerintah bisa menyiapkan kantong-kantong untuk misalnya swasembada pangan," tuturnya. (Seno Tri Sulistiyono)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.