Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diharapkan Fokus Kembangkan Industri Perawatan Pesawat

Kompas.com - 08/11/2015, 10:35 WIB

DUBAI, KOMPAS.com - Pemerintah RI diharapkan fokus dalam mengembangkan industri "MRO" (Maintanance, Repair, and Overhaul) atau perbaikan dan perawatan pesawat. Industri MRO dinilai bakal membawa beragam keuntungan bagi Indonesia.

"Ada lima manfaat atau keuntungan bagi Indonesia bila industri MRO nasional berkembang," kata CEO GMF AeroAsia Richard Budihadianto di sela-sela persiapan perusahaan perawatan pesawat nasional, yang merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia itu dalam mengikuti "Dubai Airshow 2015", Minggu (8/11/2015), seperti dikutip Antara.

Menurut Richard, keuntungan itu dalah meningkatkan tingkat "safety" (keamanan) penerbangan, membantu meringankan beban perekonomian maskapai nasional karena perawatan dilakukan di dalam negeri, serta menyelamatkan devisa agar tidak keluar.

Manfaat lainnya, menambah lapangan pekerjaan secara berlipat karena industri MRO memiliki banyak industri ikutan. Bila maskapai asing bertambah masuk untuk merawat pesawatnya di Indonesia, maka devisa negara juga dipastikan bertambah.

Ia menambahkan, sejumlah tantangan yang harus diatasi antara lain adalah bea masuk suku cadang penerbangan pesawat dapat dinolkan, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk industri MRO juga dapat ditingkatkan.

"Kami telah meminta pemerintah untuk membantu seperti melalui kerja sama beasiswa pendidikan," kata Richard.

GMF AeroAsia, lanjutnya, merekrut tenaga kerja hingga sekitar 400 orang per tahun. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah itu akan mencapai sekitar 7.000 orang per tahun.

Nilai perawatan pesawat di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 900 juta dolar AS, naik jika dibandingkan pada 2014, yakni 850 juta dolar AS. Pada 2020 angkanya diprediksi mencapai 2 miliar dolar AS.

"Kemampuan Industri Perbaikan dan Perawatan Pesawat atau Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) harus bisa menyerap ini, karena saat ini MRO di Indonesia baru bisa menyerap 30 persen dari nilai tersebut," papar Richard yang juga Ketua Umum Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA).

Aerospace Park

Menurut dia, kebutuhan mendesak industri ini adalah pembangunan Aerospace Park, di mana seluruh aktivitas yang mendukung aviasi nasional bisa tersedia di kawasan tersebut, mulai dari pelatihan, suku cadang, perbengkelan dan permesinan.

"Rencananya akan dibangun di Bintan, karena kami butuh tempat yang dekat dengan Singapura. Singapura menjadi pusat aviasi di Asia saat ini, semua pabrikan ada di sana," tutur Richard.

Dengan demikian, tambahnya, kawasan tersebut akan lebih mudah mendapatkan berbagai komponen pesawat yang belum tersedia di dalam negeri.

Richard mengatakan, pembangunan Aerospace Park tersebut membutuhkan waktu sekitar dua tahun, yang akan mempekerjakan masyarakat Indonesia sebesar 95 persen dan 5 persen merupakan ahli dari negara-negara luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com