Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Pasar Modal Dunia, Telkom Bisa Menjadi "Power House" Indonesia

Kompas.com - 19/11/2015, 14:04 WIB
Muhamad Malik Afrian

Penulis

KOMPAS.com - Pasar modal Amsterdamse Effectenbueur yang berdiri sejak 1611 menjadi bursa efek tertua di dunia. Hal itu menjadi awal beridirinya pasar modal di Indonesia pada 1912, yaitu Bursa Batavia.

Bursa Batavia didirikan untuk mendukung keuangan pemerintahan kolonial atau VOC di tanah air pada masa itu. Pemodal asing dari Belanda, Arab hingga Tiongkok cukup aktif di lantai bursa tersebut.

Sejak saat itulah Bursa batavia terus mengalami perkembangan menjadi Bursa Internasional. Beberapa perusahaan global pun mulai memperdagangkan sahamnya di situ, antara lain Anconda Copper, Bethlehem Steel hingga American Motors.

Ketiga perusahaan tersebut merupakan saham unggulan yang berada di New York Stock Exchange yang saat itu sudah masuk dalam perdagangan saham di Bursa Batavia.

Lantai bursa di tanah air

Seiring perkembangan pasar modal di tanah air, kemajuan Bursa Batavia telah mendorong Pemerintah Hindia Belanda membuka Bursa Efek di Surabaya dan Semarang pada 1925. Namun, akibat pecahnya perang dunia kedua, seluruh kegiatan pasar modal di Indonesia terhenti pada Mei 1940.

Barulah pada Desember 1940 pemerintah kolonial kembali membuka Bursa Efek di Jakarta. Hanya, sejak dibukanya pasar modal tersebut, aktivitas jual-beli saham tidak kunjung pulih hingga Indonesia merdeka pada 1945. 

Akhirnya, pada masa pemerintahan Presiden RI kedua, Soeharto, pada 1977, pasar modal Indonesia kembali diresmikan. Pemerintah pun melakukan berbagai perbaikan fasilitas yang mendukung perkembangan pasar modal saat itu, antara lain fasilitas keringanan pajak perseroan, pendapatan, dividen, dan kesempatan bagi investor asing memiliki saham sampai 49 persen.

Telkom.co.id Telekomunikasi Indonesia (Telkom)
Telkom Indonesia Go Public

Saat ini, berbagai fasilitas tersebut spontan mendorong perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satunya, pada 14 November 1995, Telkom Indonesia telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) sekaligus sebagai perusahaan BUMN ketiga yang menjadi perusahaan terbuka.

Perjalanan Telkom Indonesia melakukan penawaran saham perdana ke publik (Initial Public Offering/IPO) tidak lepas dari hasil kerja sama tim di perusahaan pelat merah tersebut. Dukungan tim itu terdriri dari Tim 7 Pemerintah, Tim 7 Merah, Tim 7 Putih serta dukungan Tim 30 yang terus melakukan inovasi.

Tak hanya tercatat di BEI. Saham Telkom pun mulai diperdagangkan di New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE).

Tercatatnya saham di NYSE merupakan suatu inovasi sebagai perusahaan BUMN. Bahkan, di Tokyo Stock Exchange (TSE) juga diperdagangkan, hanya saja tidak tercatat di sana.

Direktur Utama Telkom Indonesia, Alex J. Sinaga, mengatakan kehadiran Telkom Indonesia di BEI dan NYSE selama 20 tahun ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

"Ada nilai strategis bagi saham Telkom di bursa global," pekan lalu.

Kiprahnya di lantai bursa saham sejak 20 tahun lalu hingga kini telah menghadirkan berbagai transformasi. Kini,Telkom Indonesia mengembangkan bisnis portfolio berbasis TIMES, yaitu Telecommunication, Information, Media, Edutainment dan Services.  

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, saat diwawancara mengatakan bahwa sebagai perusahaan telekomunikasi Telkom telah mampu menjadi power house Indonesia. Dengan kata lain, BUMN tersebut mampu menjadi penggerak perekonomian Indonesia ke depannya sebagai perusahaan milik Negara.

"Banyak yang dapat dilakukan oleh Telkom sebagai lokomotif penggerak ekonomi Indonesia, seperti dari sisi pembangunan harus menjadi yang terdepan dan harus lebih kompetitif," ujar Menkominfo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com