Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Migrasi Kartu Debit Diputuskan Akhir Tahun

Kompas.com - 22/11/2015, 11:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) tengah mengkaji lagi pemenuhan waktu migrasi kartu ATM/debit dari teknologi magnetic stripe (magnetik) menjadi microchip (cip).

BI menyadari tidak mudah mengimplementasikan perubahan teknologi cip tersebut mengingat jumlah kartu ATM/debit yang banyak, juga merembet pada mesin ATM dan electronic data capture (EDC).

Deputi Gubernur BI  Ronald Waas mengakui, migrasi kartu ATM/debit berteknologi magnetic ke cip memerlukan waktu yang cukup panjang. Mengingat saat ini terdapat 119 juta kartu ATM/debit, 97.000 unit mesin ATM dan 1 juta EDC.

Namun, Ronald menegaskan, peralihan teknologi ini merupakan keharusan. "Penggunaan cip sudah suatu keharusan untuk tujuan peningkatan keamanan," kata Ronald.

Atas dasar itu, batas waktu penerapan teknologi cip yang oleh BI dijadwalkan terlaksana awal tahun 2016 kini sedang ditinjau ulang. BI menekankan dalam proses migrasi teknologi ini nasabah atau konsumen jangan sampai dirugikan.

Ronald menambahkan, BI akan memberikan keputusan final atas kebijakan waktu penerapan teknologi cip yang kelak terbit dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI). Keputusan BI bakal dirilis paling lambat pada akhir tahun 2015.

"Masih ada satu setengah bulan. Kami akan review aturan ini," tandas Ronald.

Kebijakan BI

Head Of Consumer Card Bank Central Asia (BCA) Santoso mengatakan, dalam proses migrasi kartu, BCA sudah siap dengan platform National Standars Indonesia Chip Card Spesification (NSICCS) baru yang ditetapkan BI. Bahkan BCA telah mengimplementasikan platform NSICCS pada mesin ATM dan juga EDC miliknya yang kini sudah tersebar.

"Jadi tinggal gongnya saja dari BI. Begitu gong, maka kami langsung mengganti kartu ATM/debit yang menggunakan cip," tutur Santoso, Kamis (19/11/2015).

Sudah sejak awal tahun 2015, BCA meng-upgrade mesin ATM dan EDC ber-platform NSICCS. Namun, Santoso mengakui, ada beberapa mesin ATM dengen merek tertentu yang masih membutuhkan sertifikasi terhadap platform NSICCS.

Untuk migrasi kartu ATM/debit, Santoso mengatakan memang masih memerlukan waktu transisi. Asal tahu saja, kartu ATM/debit BCA yang beredar kini mencapai 14 juta kartu. Dengan ongkos produksi kartu cip sebesar  2 dollar AS per unit, maka anggaran BCA bagi migrasi kartu saja tak kurang dari 28 juta dollar AS.

Santoso berharap, BI menyetujui proposal yang diajukan oleh Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mengenai waktu transisi, selama lima tahun.

"Jangan hanya melihat BCA saja yang 14 juta kartu. Kalau diakumulasi dengan bank-bank lain tentu jumlahnya jadinya banyak," imbuh dia.

Rico Usthavia Frans, Senior Executive Vice President Transactional Banking Bank Mandiri bilang, pihaknya siap melakukan migrasi kartu secara bertahap.

"Tidak mungkin semuanya kartu ATM, mesin ATM dan EDC secara serempak berganti dengan teknologi cip," ujar Rico.

Rico menambahkan, untuk mesin ATM Bank Mandiri, akhir tahun ini akan dilakukan roll out (penggantian) dari yang ada saat ini sekitar 17.000–18.000 mesin. Investasi migrasi ini lumayan besar untuk mesin ATM. Pun kartu ATM/debit berteknologi cip harganya lebih mahal dibanding yang kartu berteknolog magnetik. (Dea Chadiza Syafina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com