Adapun inverter adalah alat tambahan pada sistem panel pompa agar aliran dan tekanan air dapat dikendalikan sesuai pengaturan. “Saat pompa berada pada beban minimal, tekanan dan aliran air yang didistribusikan dapat diatur sehingga menurunkan NRW. Tanpa inverter, pompa yang berada pada beban minimal akan menghasilkan tekanan yang tinggi,” ungkap dia.
Dengan menjalankan metode untuk aliran air itu, Suwito tak perlu menunggu komplain aliran air tak sampai ke pelanggan. “Titik-titik pada pembuatan metode kedua memungkinkan saya mendapat informasi langsung ke mana larinya distribusi air,” ujar dia.
Penerapan kedua metode di Kota Malang, membuahkan hasil berupa penambahan jumlah pelanggan. Bila pada 2010 jumlah tercatat ada 90.000 pelanggan di sana, pada tahun ini jumlahnya melambung menjadi 140.000.
Langsung dari keran
“Kabar baiknya, air dari keran rumah di Malang (saat ini) bisa dan layak minum. Ibu-ibu rumah tangga di sana tak perlu memasak lagi,” ungkap Suwito soal "bonus" dari kinerja timnya.
Demi mendorong akses air minum layak dan akses sanitasi dasar bagi seluruh penduduk Indonesia, pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 mencanangkan “Gerakan 100 Persen Akses Air Minum dan Sanitasi pada 2019”. Gerakan ini secara ringkas disebut sebagai “Akses Universal 2019”.
“Kami yakin, Malang dapat memenuhi target akses universal air minum pada 2017, lebih cepat 2 tahun dari target pemerintah,” ujar Suwito. Bermula dari "bocor", Suwito dan timnya menempuh perjalanan panjang hingga mendapatkan hasil yang bisa melampaui ekspektasi ini.
Bila Suwito dan Kota Malang bisa, tantangan akses universal pun seharusnya bisa berjawab dengan hasil serupa di seluruh Indonesia. "Akses Universal 2019" semestinya bukan cuma utopia.