Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Malang, Minum Bisa Langsung dari Air Keran!

Kompas.com - 04/12/2015, 13:29 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Adapun inverter adalah alat tambahan pada sistem panel pompa agar aliran dan tekanan air dapat dikendalikan sesuai pengaturan. “Saat pompa berada pada beban minimal, tekanan dan aliran air yang didistribusikan dapat diatur sehingga menurunkan NRW. Tanpa inverter, pompa yang berada pada beban minimal akan menghasilkan tekanan yang tinggi,” ungkap dia.

Metode kedua adalah pengadaan alat yang memungkinkan keterbacaan pendistribusian aliran air. “Metode ini terhitung mahal dari segi biaya, tetapi wajib dipakai,” kata Suwito. Hasilnya cukup memuaskan.

Dengan menjalankan metode untuk aliran air itu, Suwito tak perlu menunggu komplain aliran air tak sampai ke pelanggan. “Titik-titik pada pembuatan metode kedua memungkinkan saya mendapat informasi langsung ke mana larinya distribusi air,” ujar dia.

Penerapan kedua metode di Kota Malang, membuahkan hasil berupa penambahan jumlah pelanggan. Bila pada 2010 jumlah tercatat ada 90.000 pelanggan di sana, pada tahun ini jumlahnya melambung menjadi 140.000.

Langsung dari keran

Tak disangka, perjuangan Suwito bersama unit bentukannya malah melampaui ekspektasi. Selain NRW yang turun sesuai target, mereka juga memastikan air terus mengalir selama 24 jam dengan tekanan minimal 0,5 bar pada beban puncak, bahkan pada musim kemarau.

“Kabar baiknya, air dari keran rumah di Malang (saat ini) bisa dan layak minum. Ibu-ibu rumah tangga di sana tak perlu memasak lagi,” ungkap Suwito soal "bonus" dari kinerja timnya.

Capaian kinerja PDAM kota Malang atas jerih payah Suwito dan unit bentukannya itu, bak angin segar di tengah tantangan sarana sanitasi dasar dan air minum layak di Tanah Air bahkan dunia. Akses air bersih adalah salah satu tantangan global yang butuh penanganan bersama dari banyak tangan.

Pemenuhan akses air minum layak dan sanitasi dasar merupakan salah satu target Milennium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan PBB pada 2000. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia tak lepas dari tantangan dan target yang sama.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia secara nasional telah mewujudkan air minum layak bagi 68,36 persen populasi dan akses sanitasi dasar kepada 61,04 persen populasi pada 2014. Hingga 2019, Pemerintah menargetkan minimnal ada peningkatan 40 persen akses sanitasi layak dan  30 persen akses air minum aman.

Demi mendorong akses air minum layak dan akses sanitasi dasar bagi seluruh penduduk Indonesia, pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 mencanangkan “Gerakan 100 Persen Akses Air Minum dan Sanitasi pada 2019”. Gerakan ini secara ringkas disebut sebagai “Akses Universal 2019”.

“Kami yakin, Malang dapat memenuhi target akses universal air minum pada 2017, lebih cepat 2 tahun dari target pemerintah,” ujar Suwito. Bermula dari "bocor", Suwito dan timnya menempuh perjalanan panjang hingga mendapatkan hasil yang bisa melampaui ekspektasi ini.

Bila Suwito dan Kota Malang bisa, tantangan akses universal pun seharusnya bisa berjawab dengan hasil serupa di seluruh Indonesia. "Akses Universal 2019" semestinya bukan cuma utopia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com