Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Depan, Harga Emas Dunia Diprediksi Jatuh di Bawah 1.000 Dollar AS

Kompas.com - 14/12/2015, 07:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Fokus investor pada pertemuan Bank Sentral AS (The Fed) pekan ini membuat peluang kenaikan harga emas semakin tipis. Tahun depan, emas diprediksi bisa jatuh jika kenaikan suku bunga The Fed terus berlanjut.

Mengutip Bloomberg, Jumat (11/12/2015) harga emas kontrak pengiriman Februari 2016 di Commodity Exchange menguat tipis 0,16 persen dari sehari sebelumnya ke level 1.073,7 dollar AS per troy ounce. Namun demikian, emas telah tergerus 0,96 persendalam sepekan terakhir.

Pergerakan harga emas terus dibayangi isu kenaikan suku bunga The Fed, terutama mendekati pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini. Oversea-Chinese Banking Corp. (OCBC) bahkan memperkirakan harga emas bisa jatuh hingga 950 dollar AS per troy ounce pada akhir 2016.

Barnabas Gan, ekonom OCBC menyatakan, outlook bearish emas merupakan refleksi dari peningkatan ekonomi di Amerika Serikat dan kenaikan biaya pinjaman menjadi 1,5 persen pada kahir tahun depan setelah kenaikan awal 0,25 persen pada pertemuan FOMC pekan ini.

"Dengan sentimen peningkatan ekonomi dan kenaikan suku bunga di AS, kecintaan pada aset beresiko akan mendominasi," ujar Gan, seperti dikutip Bloomberg.

Berdasarkan peringkat Bloomberg, OCBC merupakan peramal harga komoditas paling akurat sepanjang tiga kuartal pertama tahun ini.

Vidi Yuliansyah, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, outlook komoditas tidak bagus di tengah tekanan prospek kenaikan suku bunga The Fed. Dia menduga, emas bisa jatuh di bawah 1.000 dollar AS per troy ounce pada awal tahun depan.

"Sifat dasar emas sebagai alat lindung nilai sudah luntur karena inflasi global juga lemah," ujarnya.

Pada awal tahun ini, sejumlah lembaga ekonomi dunia seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia cukup optimis pada pertumbuhan ekonomi global. Namun pada akhirnya IMF maupun Bank Dunia merevisi outlook mereka, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi masih belum membaik.

"Perkiraan mereka kondisi ekonomi tahun depan kurang lebih sama dengan tahun ini bahkan lebih rendah," papar Vidi.

Melambatnya kondisi ekonomi di China membuat permintaan fisik emas juga tidak terlalu bagus. Hari raya Imlek di China maupun perayaan Diwali di India kemungkinan bisa mendorong permintaan emas.

"Namun kondisi ekonomi saat ini menekan belanja sehingga investor belum melirik kembali emas meski harganya rendah," imbuh Vidi.

Data produksi sektor industri China bulan November yang secara tahunan naik 6,2 persen dibanding bulan sebelumnya 5,6 diprediksi tidak akan banyak mempengaruhi harga emas di awal pekan. Data tersebut dirilis Sabtu (12/12/2015).

Vidi menduga, satu-satunya sentimen yang bisa mengangkat harga emas adalah memanasnya konflik di Timur Tengah. Dengan demikian, aset safe haven seperti emas akan diburu oleh para investor. (Wuwun Nafsiah)                                   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com