Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Bisa Melorot ke Level 28 Dollar AS

Kompas.com - 15/12/2015, 10:35 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Tren bearish (turun) harga minyak mentah di pasar internasional masih berlanjut. Bahkan, koreksi harga minyak sudah berlangsung selama tujuh pekan beruntun.

Mengutip Bloomberg, Senin (14/12/2015) pukul 17:45 WIB, harga minyak kontrak Januari 2016 di bursa New York menyusut 0,87 persen 35,31 dollar AS per barrel. Ini level terendah harga minyak sejak tahun 2009. Bahkan sepekan terakhir harga minyak anjlok 5,76 persen.

Analis Millenium Penata Futures Suluh Adil Wicaksono menilai, minyak terus melemah akibat kecemasan pasar akan ancaman oversupply yang kian memuncak. Sebab, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) enggan memangkas produksi. Bahkan, OPEC mengirim sinyal menggenjot produksi.

"Banjir pasokan ini diprediksi bertahan hingga akhir tahun depan," kata Suluh.

Prediksi suram tentang banjir suplai minyak datang dari Badan Energi Internasional (IEA). Walhasil, analis Samsung Futures Inc di Seoul, mengatakan, keadaan ini akan menyeret jatuh harga minyak hingga akhir tahun 2016. Hal ini berkaca dari minimnya peluang Arab Saudi dan Iran memangkas produksi.

Faisyal, Research and Analyst Monex Investindo Futures, menambahkan, indikator ekonomi Tiongkok yang positif belum mampu mengangkat harga minyak. Dus, sulit berharap ada perubahan tren harga dalam waktu dekat.

"Teranyar, pencabutan sanksi Iran kian di depan mata ketika pasokan dibuka, harga pasti terpuruk lagi," jelas Faisyal.

Sanksi Iran direncanakan dicabut pada minggu pertama Januari 2016. Itu artinya kurang dari sebulan pasar digempur tambahan produksi. Dia memperkirakan, tren harga belum akan membaik setidaknya hingga pertemuan OPEC pada Maret 2016.

Meski enggan memberikan gambaran harga bottom minyak di tahun ini. Faisyal memperkirakan harga bisa menembus 28 dollar AS per barrel hingga 35 dollar AS per barrel di akhir tahun hingga pertengahan tahun depan.

Sentimen negatif ini datang dari berbagai arah. Pertama, tingginya dollar AS yang menahan laju permintaan. Kedua, permintaan sudah lebih dulu tergerus lesunya ekonomi  global.Terakhir, pasokan yang melimpah di pasar.

"Kalaupun nanti The Fed menunda kenaikan suku bunga, itu hanya menghapus satu sentimen dan tidak banyak menolong fundamental harga minyak," tutur Faisyal. (Namira Daufina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com