Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Gas Bumi Indonesia di Atas Target

Kompas.com - 20/12/2015, 12:15 WIB
Estu Suryowati

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com - Satuan Kerja Khusus Unit Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bum (SKK Migas) mencatat realisasi lifting gas per 4 Desember 2015 mencapai angka 6.924,94 BBTU per hari, atau sudah mencapai 104,4 persen dari yang ditargetka seluruh KKKS dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015 sebesar 6.631,48 BBTU per hari.

Kabag Humas SKK Migas, Elan Biantoro mengatakan, produksi gas bumi Indonesia sampai dengan 12 Desember 2015 sudah menyentuh 8,102 MMSCFD. Angka ini sudah menembus target produksi gas dalam RKAP 2015 yang besarnya 8,056 MMSCFD.

"Produksi gas bumi performance-nya cukup bagus," kata Elan dalam media gathering SKK Migas 2015, di Cirebon, Sabtu (19/12/2015).

Sayangnya, meski produksi dan lifting gas menembus target, akan tetapi harga gas melorot jauh.

SKK Migas mencatat realisasi harga gas tahun ini hanya mencapai 6,88 dollar AS per MMBTU, atau hanya 97,4 persen dari target RKAP yang sebesar 7,07 dollarAS per MMBTU.

Padahal, kata Elan, pada tahun 2014 lalu Indonesia masih bisa mengekspor LNG dengan harga 15 dollar AS per MMBTU.

Rendahnya harga gas ini, sebut Elan, menyebabkan penerimaan negara tidak mencapai target.

Gas dipakai domestik

Elan mengatakan, untuk meningkatkan kontribusi hulu migas pada ekonomi nasional, pemerintah dan SKK Migas berkomitmen untuk agar gas juga bisa menjadi stimulan perkembangan ekonomi.

Contohnya, POD-II Jambaran Tiung Biru menyuplai gas ke pabrik pupuk dengan total investasi 3,69 miliar dollar AS. Pemerintah menurunkan bagian negara, agar harga gas lebih murah.

"Jadi, kalau pabrik pupuknya berkembang, nanti multiplier effect-nya akan lebih besar daripada yang kita turunkan keuntungannya tadi," ucap elan.

Penurunan keuntungan atau bagian negara dari gas menjadi salah satu deregulasi dalam Paket Kebijakan III, yang dikeluarkan Oktober lalu. Namun, gas murah untuk industri ini baru bisa diimplementasikan awal 2016.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN Wiratmadja Puja memperhitungkan potential loss penerimaan negara dari penurunan ini di rentang Rp6 triliun hingga Rp 13 triliun.

Kendati penerimaan negara turun, lanjut Wiratmaja, penurunan harga gas akan mendorong kegiatan ekonomi, sehingga menimbulkan penerimaan pajak baru antara Rp 12 triliun hingga Rp 24 triliun.

"Dan, multiplier ekonominya Rp 68 triliun hingga Rp 130 triliun," kata Wiratmaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com