Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Devisa dari Bebas Visa

Kompas.com - 28/12/2015, 15:05 WIB
KOMPAS.com - Akhir tahun ini, sudah 174 negara yang memperoleh bebas visa kunjungan ke Indonesia. Dengan demikian, warga dari negara-negara tersebut bisa berkunjung ke Indonesia untuk keperluan wisata, tanpa perlu mengurus visa.

Penetapan 174 negara-secara bertahap-itu diharapkan meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Pemerintah menargetkan ada 20 juta wisatawan asing yang pelesir ke Indonesia pada 2019. Pada 2014, ada 9,44 juta kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.

Tentu turis itu diharapkan tidak hanya datang dan melihat-lihat. Mereka juga diharapkan mengeluarkan uang, antara lain untuk menginap, makan, belanja, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan wisata. Pada 2019, devisa yang ditargetkan dari sektor pariwisata 20 miliar dollar AS. Pada 2014, devisa dari sektor pariwisata sekitar 10 miliar dollar AS.

Pemerintah boleh saja memberikan kunjungan bebas visa bagi wisatawan. Namun, tetap harus diingat, wisatawan juga perlu informasi yang memadai dan kemudahan akses di negara yang dikunjungi. Jangan sampai, wisatawan yang sebenarnya bebas berkunjung ke Indonesia menunda datang karena ketidakjelasan informasi. Atau, wisatawan yang datang ke Indonesia tidak bisa mengeksplorasi negara kepulauan kita ini karena keterbatasan akses transportasi.

Harus dipikirkan kemudahan transportasi bagi wisatawan yang ingin menelusuri Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, misalnya. Sebab, Flores tak hanya punya Labuan Bajo dan Pulau Komodo yang sudah tersohor. Flores juga punya Bajawa, daerah berhawa dingin dan dikenal sebagai penghasil kopi.

Tak dapat dimungkiri, Indonesia yang memiliki ribuan pulau memiliki kecantikan alam tak terhingga. Begitu pula keindahan budaya dan kesenian. Segala hal itu tak akan dilirik wisatawan jika informasi dan transportasi tak memadai.

Kemudahan akses transportasi-yang berdampak pada akses transportasi yang murah-dan informasi yang memadai ini ditawarkan negara-negara lain. Akibatnya, masyarakat Indonesia pun banyak bepergian ke luar negeri, mulai dari urusan bisnis hingga berlibur.

Masyarakat Indonesia yang berlibur ke luar negeri memang tak salah. Namun, pergerakan wisatawan dari luar negeri dan ke luar negeri itu diperhitungkan dalam neraca pembayaran, khususnya negara perdagangan jasa.

Pada triwulan III-2015, neraca perdagangan jasa defisit 1,952 miliar dollar AS. Neraca jasa, antara lain, meliputi jasa manufaktur, jasa transportasi, perjalanan, jasa konstruksi, dan jasa keuangan.

Perjalanan wisatawan ada dalam neraca jasa perjalanan. Semakin banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia dan membelanjakan uang di Indonesia, maka semakin besar pemasukan dari jasa perjalanan ini.

Pada triwulan III-2015, nilai jasa dari wisatawan asing 2,75 miliar dollar AS. Adapun nilai jasa wisatawan domestik yang melancong ke luar negeri 1,969 miliar dollar AS. Selama triwulan III-2015, wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia 2,55 juta orang. Sebaliknya, wisatawan domestik yang berkunjung ke luar negeri 2,22 juta orang.

Jumlah wisatawan domestik yang ke luar negeri meningkat 8,3 persen dibandingkan dengan triwulan II-2015. Adapun jumlah wisatawan asing tumbuh 7,6 persen.

Dari sisi dana yang dikeluarkan, belanja wisatawan domestik di luar negeri tumbuh 19 persen dibandingkan dengan triwulan II-2015. Penghitungan ini termasuk jasa penyelenggaraan ibadah haji. Adapun belanja wisatawan asing tumbuh 21,7 persen pada periode yang sama.

Potensi menarik wisatawan asing ke Indonesia-lalu mendorong mereka membelanjakan uang di Indonesia-bisa digarap baik. Dengan demikian, devisa Indonesia dari sektor pariwisata akan meningkat. Ini tentu yang diharapkan terjadi seiring penambahan jumlah negara bebas visa wisata ke Indonesia.

Untuk itu, perlu strategi tepat dan rencana yang matang. Jangan sampai, bebas visa kunjungan sudah diberikan, tetapi tak ada peningkatan signifikan dari sektor pariwisata. (Dewi Indriastuti)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Desember 2015, di halaman 17 dengan judul "Devisa dari Bebas Visa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com