Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Ini, 117 Kapal Pencuri Ikan Ditenggelamkan

Kompas.com - 31/12/2015, 13:43 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang tahun 2015 ini, pemerintah terus melakukan pemberantasan penangkapan ikan ilegal. Setelah Satuan Tugas (Satgas) Anti-Illegal Fishing berhasil menenggelamkan 107 kapal, Satgas 115 menambah panjang daftar kapal pencuri ikan yang sudah ditenggelamkan.

"Satgas yang kemarin kan menenggelamkan 107, ditambah sekarang kita tenggelamkan 10 kapal. Jadi ada 117 kapal yang sudah ditengelamkan oleh Satgas," kata Kepala Pelaksana Harian Satgas 115 Laksamana Madya TNI Widodo, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (31/12/2015).

Hari ini, Satgas 115 menenggelamkan 10 kapal secara serempak di empat titik, yakni satu kapal di Belawan, satu kapal di Tarempa, dua kapal di Tarakan, dan enam kapal di Tahuna.

Selama satu tahun, diperkirakan kerugian yang diakibatkan penangkapan ikan secara ilegal ini mencapai Rp 300 triliun. Widodo mengakui, aksi penenggelaman kapal ikan yang gencar dilakukan sangat signifikan dampaknya terhadap berkurangnya aksi illegal fishing.

"Harapan kita di 2016, aksi illegal fishing bisa zero (nol)," sambung Widodo.

Mencuri tapi protes
Memang, diakui Widodo, banyak protes berdatangan dari negara- negara yang kapalnya ditenggelamkan oleh Satgas. Maka dari itu, kata Widodo, Satgas memutuskan untuk menenggelamkan kapal pencuri ikan terlebih dahulu, baru setelah itu memberitahu kedutaan besar negara yang bersangkutan.

"Karena mereka kan tetap tidak terima kalau kapal benderanya ditenggelamkan. Kita pun demikian, seperti yang di Autralia kapal kita dibakar itu sebenarnya kita tidak terima, walaupun salah," kata Widodo.

"Makanya kita tenggelamkan dulu, baru kita kasih tahu mereka," ucap dia lagi.

Widodo menjelaskan, banyaknya aksi illegal fishing yang dilakukan umumnya dilatarbelakangi oleh ketimpangan antara pasokan dan permintaan di suatu negara akan produk perikanan dan kelautan.

"Kebutuhan di Filipina, Thailand, Vietnam tinggi, tapi pasokannya sangat minim. Mereka berusaha menyuplai kebutuhan ini dengan kegiatan ilegal di Indonesia," kata Widodo.

Catatan Satgas 115, negara yang paling banyak melakukan penangkapan ikan ilegal adalah Thailand, Vietnam, dan Filipina. Namun sebagian kecil pelaku juga berasal dari China, Jepang, Malaysia, dan Singapura.

"Ya mereka ke perairan Indonesia, karena tempatnya ikan di kita. Bu Menteri pernah bilang memang tempatnya ikan di Indonesia, karena perairannya tempat bertemunya arus panas dan dingin," ucap Widodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com