Dalam pernyataan resmi, Jumat (8/1/2016) waktu setempat, Saudi Aramco pun menyatakan tengah mempelajari opsi untuk melakukan penawaran umum perdana alias Initial Public Offering (IPO) terhadap grup atau anak usaha.
Saudi Aramco adalah perusahaan minyak terbesar dunia. Perusahaan ini memproduksi 12 persen minyak mentah dunia dan memiliki 261 miliar barrel cadangan minyak atau sekitar 15 persen cadangan minyak dunia.
Pertimbangan Arab Saudi untuk menjual saham Saudi Aramco dipandang menunjukkan situasi keuangan negara itu yang sebenarnya. Pasalnya, pertimbangan ini muncul ketika harga minyak jatuh ke posisi terendah selama 12 tahun.
"Arab Saudi mengalami belanja yang besar, tidak terkontrol, dan tidak berkelanjutan di sektor pertahanan dan subsidi. Mereka benar-benar ingin meningkatkan cadangan uang," kata Luay al-Kahatteeb, pakar ketahanan energi dan anggota Brookings Doha Center.
Minyak menyumbang 75 persen pendapatan Arab Saudi dan jatuhnya harga minyak menampar keras perekonomian negara itu. Akhirnya, Arab Saudi pun mengalami defisit anggaran hingga mencapai 100 miliar dollar AS, dan memaksa pemerintah mencabut subsidi sekaligus menaikkan harga BBM hingga 50 persen.
Pekan ini, harga minyak jatuh pada level terendah dalam 12 tahun. Harga minyak menurun tajam dari sekitar 100 dollar AS per barrel menjadi hanya sedikit di atas 33 dollar AS per barrel.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.