Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/01/2016, 12:13 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Menteri Keuangan era Soeharto, Fuad Bawazier, menyarankan kepada pemerintah agar tidak membeli saham senilai 1,7 miliar dollar AS atau setara Rp 23,83 triliun (kurs Rp 14.016 per dollar AS) yang ditawarkan PT Freeport Indonesia (PT FI).

Fuad menyebutkan, harga saham Freeport McMoRan sebagai induk perusahaan PT FI di bursa saham Amerika Serikat tak ada lagi nilainya.

"Harganya (saham Freeport) itu sudah drop, hancur. Kalau pemerintah beli, BUMN pasti bangkrut dan rugi. Siapa pun negara di dunia ini sudah enggak akan mau beli saham Freeport itu," kata Fuad di sela-sela KB PII di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Minggu (17/1/2016).

Fuad mengungkapkan, harga per lembar saham Freeport terus menurun dari 60 dollar AS per sejak tahun 2012.

Tahun lalu, harga selembar saham Freeport pun drop menjadi 8 dollar AS. Saat ini, harga selembar saham perusahaan tambang terbesar dunia itu pun hanya 3,5 dollar AS. Saat ini saham Freeport McMoran di Wall Street adalah 4,34 dollar AS.

Fuad mencurigai, Freeport dengan kondisi yang sudah kepepet ini akan melepas semua sahamnya.

Padahal, Freeport belum tentu dapat jaminan jika masih akan terus melakukan kegiatan penambangan setelah tahun 2019.

"Kalau tidak diperpanjang ya sahamnya seharga tisu toilet, kecebong aja repot. Dunia tak ada lagi yang mau beli karena enggak ada penghasilan lagi nanti. Pemerintah harus berani tolak itu penawaran sahamnya atau kasih ke swasta saja," katanya.

Atas dasar itu, kata Fuad, tak ada lagi alasan bagi pemerintah untuk membeli saham tersebut.

Sebab, Freeport di Amerika Serikat pun sudah go public, dan sahamnya bisa diakses semua pihak.

"Itu sudah go public sahamnya di Wall Street. Siapa yang mau tanggug jawab nanti kalau sahamnya sudah tinggal 1 dollar, terus rugi, enggak ada harganya? Jadi, tunggu saja nanti sampai renegosiasi 2019 dengan syarat. Masa, kita sekarang mau beli, nyemplungin kaki beli saham itu," katanya. (Ferdinand Waskita)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com