Bank Dunia menguraikan, sejak tahun 2000, pertumbuhan permintaan komoditas lebih didominasi dari negara-negara emerging. Sehingga, prospek melambatnya ekonomi emerging secara langsung memukul outlook harga komoditas.
"Rendahnya harga komoditas layaknya pedang bermata dua, di mana konsumen di negara impor akan diuntungkan sementara produsen di negara ekspor akan menderita," papar Ayhan Kose, director World Bank's Development Prospects Group.
Selain itu, Bank Dunia juga memprediksi, harga komoditas non-energi akan turun 3,7 persen pada 2016. Sedangkan harga logam akan turun 10 persen setelah jatuh sebesar 21 persen di 2015.
Kecemasan akan El Nino di sejumlah kawasan juga akan menggencet pasar komoditas global. Bank Dunia meramal, harga komoditas agrikultur akan turun 1,4 persen. (Barratut Taqiyyah)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.