Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Orang Tua yang Hanya Pandai Menemukan Kesalahan?

Kompas.com - 02/02/2016, 05:17 WIB


Sikap tanggap Presiden Joko Widodo membesarkan hati kita. Sama seperti ujarannya saat menyelamatkan Gojek: “Saya tekankan ya, peraturan itu siapa sih yang buat?”

Saya jadi teringat dengan puluhan orang yang sering mengeluhkan kepada kami di Rumah Perubahan ketika menghadapi tembok-tembok perijinan.

Kadang saya pun meluangkan waktu menemani mereka, membujuk para birokrat agar membuka sedikit hatinya (maaf saya lebih senang menyebut hati, bukan pikiran). Kadang saya temui juga orang-orang baik hati yang rela menolong.

Tetapi harus saya akui, bahwa masih amat sulit bagi entrepreneur lokal berkantong tipis untuk mendapatkan sepotong kursi kehormatan di sini. Tetapi kalau saya ingat-ingat lagi bukan hanya orang kecil yang dipersulit.

Sesama pejabat tinggi, bahkan sesama mentri pun banyak yang hanya pandai menemukan kesalahan dan kekurangan dari kolega-koleganya dalam menjalankan program yang dicanangkan negara.

Bukannya menolong, mereka malah memperoloknya lewat media massa.

Selain jajaran birokrasi yang bertradisi mempersulit, kita juga menemui banyak akademisi yang masih hidup di atas menara gading. Sehingga kemampuan kita menerima hasil kerja keras putra-putri bangsa seringkali terhambat oleh arogansi.

Anda tentu masih ingat dengan Tawan yang dijuluki sebagai Iron Man. Banyak ilmuwan yang mengambil jarak dan mempertanyakannya ketimbang menyemangatinya.

Ya, kita, orang-orang dewasa, lebih banyak memiliki tradisi “menemukan kesalahan mereka”, ketimbang berupaya keras untuk “membukakan jalan”.

Para aparat penegak hukum, politisi, birokrat, ilmuwan, dan kita semua ternyata lebih banyak dan lebih mampu menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang lain ketimbang membukakan jalan.

Saya masih ingat betapa sulitnya warga Kaltim memiliki jalan tol yang diinisasi oleh Gubernur Awang Farouk lantaran izin tak kunjung tiba dari Kementrian Kehutanan.

Waktu saya tanyakan di kementerian, orang yang mengeluarkan izin mengatakan bahwa jalur itu menabrak kawasan resapan air. Tetapi anehnya ia sama sekali tak memberi jalan keluar.

Ia hanya sekedar bangga bisa menghadang perijinan, padahal pada waktu yang sama masyarakat berkomentar sinis karena jalan yang sama diijinkan untuk lewatnya kendaraan berat "pencuri kayu".

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com