Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Orang Tua yang Hanya Pandai Menemukan Kesalahan?

Kompas.com - 02/02/2016, 05:17 WIB

 

Soal hadang menghadang dengan menunjukkan kesalahan pihak lain ini tampaknya akan semakin banyak kita lihat.

Kompas (1/2/2016) menyebutnya sebagai politik adu mulut. Dan Para auditor senior mengatakan, "Itu dulu. Dulu kami hanya mencari-cari kesalahan orang. Tapi kini kita mengirim early warning supaya selamat."

Namun benarkah mereka sudah berubah? Bahkan para orang tua terhadap anak-anak di rumah pun melakukannya.

Keahlian Menemukan Kesalahan

Tapi maaf ya, kalau ahlinya cuma untuk menemukan kesalahan orang lain, maka sebenarnya ini tidak sulit-sulit amat kok untuk dipelajari. Maka rasanya janggal kalau ada yang merasa bangga bangga melakukannya.

Orang dewasa kini banyak mengabaikan esensi, pura-pura tidak tahu sesuatu yang harusnya dibaca sambil berpikir lalu buru-buru menyalahkan orang lain. Seakan-akan mereka itu orang yang paling benar dan yang lain "kurang berhati-hati."

Memang sebagian adalah soal kepentingan, tapi tentu juga soal perspektif. Amat sangat tergantung dari misi atau posisi di mana seseorang berada.

Sebagai orang yang lebih tua, Anda lah yang menentukan benar-salahnya anak-anak yang masih belia.

Sebagai guru dialah yang berada dalam posisi kebenaran. Demikian juga sebagai auditor, penegak hukum, pembuat undang-undang, dan regulator. Bahkan saat anda menjadi pemilik uang, atasan, atau pejabat.

Masalahnya, kebenaran itu sebenarnya tidaklah berlaku sesempit itu. Sebab, kebenaran perspektif itu akan lebih banyak menghasilkan keributan, perpecahan, dan kemunduran ketimbang kemajuan. Itu sebabnya manusia butuh kebijakan yang terbentuk dari multiperspektif.

Regulasi itu baru akan powerful dan menjadi bermanfaat kalau mereka pernah duduk dan tahu betapa susahnya berada di posisi pelaku usaha atau profesional yang dipersulit.

Demikian pula bagi pihak-pihak yang berseteru, memahami dan melihat dari sudut yang berbeda akan membuat manusia lebih dewasa dan lebih mampu menjawab tantangan zaman.

Dan andaikan ia berada di posisi lain, barangkali ia juga belum tentu mampu menjalankannya.

Saya berani menjamin tak ada satu pun aparat penegak hukum yang bisa membuat televisi seperti Kusrin. Dan seandainya pun mampu, saya pun percaya mereka akan menghadapi kesulitan yang sama dalam menghadapi aparat penegak hukum atau mengurus seritifikat-sertifikat usaha.

Saya pun berkeyakinan serupa, bahwa tak banyak ilmuwan yang mempunyai ketertarikan dan mampu membuat produk-produk seperti yang dilakukan oleh Tawan.

Ya, kita semua baru hanya mampu sebatas pada menemukan kesalahan hasil kerja orang lain.

Seperti yang kini sedang ramai diperdebatkan: mulai dari upaya polisi menangkap tersangka penabur racun sianida, sampai kebijakan Presiden untuk menjalankan pembangunan kereta cepat. Itulah kehebatan semu yang masih kita agungkan.

ist Prof Rhenald Kasali
Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, antara lain menjadi anggota Pansel KPK sebanyak 4 kali dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi acuan dari bisnis sosial di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com