Pria yang akrab disapa Emil itu mengatakan, LRT Bandung koridor I bakal menggunakan teknologi Group Rapid Transit (GRP). Selain canggih, LRT dengan teknologi baru itu dinilai lebih murah.
"Jadi, LRT ini jenis baru yang pakai magnet. Ditawarkannya dengan asumsi ongkos tetap murah, Rp 6.000-Rp 8.000 sekali jalan," kata Emil.
Jika menggunakan jalur monorel, Emil melanjutkan, Pemkot Bandung mesti menggelontorkan uang sebesar 500 juta dollar AS. Sementara itu, dengan teknologi GRP, Pemkot Bandung hanya memerlukan dana anggaran sekitar 260 juta dollar AS.
"Setelah saya hitung dengan tim, teknologinya murah banget, canggih, dan enggak membebani masyarakat. Sudah murah, harga ke warga tidak mahal," ucap dia.
LRT dengan sistem GRP bisa bergerak lebih fleksibel serta tak perlu memakan lahan yang terlalu besar.
"Teknologi LRT terbaru ini bisa bulak-belok di tikungan tajam sampai 90 derajat. Kalau monorel, karena dia kereta kan, belokannya harus (ada lahan) gede. Nah, itu kurang fleksibel kalau di Bandung," tuturnya.
Selain itu, tekologi GRP juga sangat ramah lingkungan karena menggunakan baterai sebagai tenaga penggerak. "Baterainya diganti enam tahun sekali, itu saja," kata Ridwan Kamil.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.