Kembali, Menteri Amran mengingatkan bahwa impor beras adalah kebijakan pemerintah menyediakan cadangan pangan bagi masyarakat. Karena berstatus cadangan, beras impor baru akan dimanfaatkan jika pasokan lokal mengalami kekurangan. "Itu kan seperti permainan sepak bola. Kalau pemain utama tidak bisa bermain, barulah pemain cadangan masuk bermain," kata Amran mengisyaratkan beras impor seperti takdir "pemain" cadangan.
Lebih lanjut, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Angkatan Ramalan (ARAM)-II 2015 sebagaimana termaktub dalam catatan Suwandi tadi, produksi padi pada 2015 menyentuh angka 74,9 juta ton. Angka ini naik 5,85 persen ketimbang capaian 2014.
Sementara, menyambut panen tahun ini, Amran mengaku optimistis hasilnya bisa melebihi 2015. Pada Maret 2016, ujarnya, akan ada panen di luasan 2,5 juta hektar. Panenan di luasan tersebut diharapkan mampu menghasilkan gabah hingga 13 juta ton.
Terkini, pada Jumat (5/2/2016), menurut data Kementan, Menteri Pertanian akan melakukan panen padi di lahan seluas 5.000 hektar. Lahan seluas itu berada di Kabupaten Deli Serdang.
Catatan dari Direktur Pengadaan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Wahyu yang ikut hadir dalam acara panen di Kabupaten Malang tersebut menunjukkan saat ini ada stok beras di gudang-gudang pihaknya hingga 1,5 juta ton. Dari jumlah itu, satu juta ton adalah beras impor. Sementara, sisanya adalah stok beras lokal. "Yang beras impor memang belum dipakai, masih disimpan," kata dia.
Wahyu, lebih lanjut mengatakan pihaknya menyambut baik upaya pemerintah melakukan penguatan Bulog sebagai stabilisator stok beras. "Kalau stok lokal bisa mencukupi, memang tidak perlu impor," demikian Wahyu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.