Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Merencanakan Biaya Pendidikan Anak Sejak Dini

Kompas.com - 05/02/2016, 11:47 WIB
M Fajar Marta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kita sering dipusingkan oleh biaya pendidikan anak-anak kita, yang makin hari kian menjulang.

Makin pusing karena naiknya pendapatan atau gaji kita kerapkali tidak bisa mengimbangi kenaikan biaya pendidikan.

Di sisi lain, sebagai orang tua, kita dituntut diri kita sendiri untuk membekali anak-anak dengan pendidikan terbaik agar hidupnya terjamin dan berkecukupan kelak.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun.

Jadi, jika masuk TK saat ini harus membayar Rp 7 juta, maka tahun depan akan meningkat menjadi Rp 7,7 juta.

Penelitian yang dilakukan Lembaga ZAP Finance menunjukkan hal serupa. Biaya pendidikan di Indonesia rata-rata naik 10-20 persen per tahun, yang berarti lebih tinggi dari tingkat inflasi.

Sejumlah guru juga menyebutkan, biaya masuk sekolah tiap tahun naik sekitar 10 persen, sedangkan uang Sumbangan Penbinaan dan Pendidikan  (SPP) yang dibayar tiap bulan naik sekitar 5 persen.

Kita tentu tak bisa protes karena memang untuk mencetak anak  yang unggul diperlukan biaya yang tidak kecil.

Dan kita semua ingin anak-anak kita menjadi lulusan yang berkualitas agar mendapatkan pekerjaan yang baik dan sesuai harapan.

Kita memahami kompetisi anak-anak kita untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sangat ketat di tengah menumpuknya angkatan kerja di Indonesia.

Kita lihat betapa banyak pengangguran dan kita tentu tak ingin anak kita seperti itu.

Anak-anak kita kelak tak hanya bersaing dengan sesama Indonesia. Masyarakat Ekonomi Asean yang makin terbuka kian mencairkan arus tenaga kerja dari satu negara ke negara lain.

Namun, Kita tentu tidak boleh berkecil hati. Sebab, bagaimanapun kondisi keuangan kita saat ini, kita sebenarnya tetap bisa mewujudkan mimpi untuk anak kita.

Bagaimana caranya? dengan merencanakan dana pendidikan untuk anak sejak sekarang. Ya, setiap bulan, kita harus menyisihkan sejumlah uang sebagai dana pendidikan.

Besarnya uang yang kita investasikan setiap bulan tergantung seberapa besar kebutuhan kuliah anak kita kelak.

Jadi seberapa pun besarnya dana yang dibutuhkan, tidak menjadi persoalan sepanjang kita menyiapkan dana pendidikannya sejak sekarang.

Prinsipnya, semakin dini disiapkan, semakin mudah untuk mencapainya.

Direktur Utama Sun Life Elin Waty awal pekan ini di Jakarta mengatakan, sebenarnya biaya pendidikan itu akan terasa ringan jika dipersiapkan secara dini.

Untuk mengedukasi para orang tua akan pentingnya mempersiapkan pendidikan anak mereka di masa depan sejak dini, Sun Life pun menggelar Sun Life Edufair Sun Life Edufair beberapa hari lalu.

“Kami ingin membantu para orang tua untuk dapat merencanakan biaya pendidikan anak-anak mereka dengan lebih baik,” ujar Elin.

Head of Partnership Distribution Sun Life Evelyn Simanjuntak menjelaskan, saat ini anak-anak Indonesia semakin cerdas, terutama dalam perkembangan dunia digital.

Anak-anak sudah bisa berselancar di dunia maya untuk mencari informasi sekolah-sekolah terbaik bagi mereka. Termasuk berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke sekolah itu.

“Dengan mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan, orangtua bisa melakukan perencanaan sejak dini,” kata dia.

Ia menambahkan, di asuransi, banyak produk yang membantu orang tua untuk mempersiapkan sekolah terbaik untuk anak-anaknya.

Dengan berasuransi, orangtua tidak perlu khawatir lagi. Saat orangtua mendapat risiko, anak-anak tidak terkena dampaknya sehingga tetap tidak bisa melanjutkan pendidikan.

Kesadaran Rendah

Pakar pendidikan Arif Rahman menilai, masalah terbesar dalam sistem pendidikan nasional adalah rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia merencanakan pendidikan.

“Kesadaran berencana rendah, semua tindakan dilakukan serba spontan. Begitu mau bayar uang masuk kuliah, baru mikir mau jual perhiasan atau tanah,” jelas Arif.

“Saya pernah ke satu sekolah yang hampir enggak jalan, karena 3/4 anak didiknya menunggak bayaran,” katanya.

Sebab itu, lanjut Arif, sudah waktunya orangtua melakukan perencanaan keuangan yang matang sejak dini.

“Kita harus bangkit melakukan perencanaan keuangan atau melek aksara keuangan,” kata Arif.

Berdasarkan survei Program for International Student Assesment (PISA), kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-64 dunia.

Berdasarkan survei PISA, performa kemampuan matematika, membaca, dan ilmu alam pelajar Indonesia hanya mencapai nilai rata-rata 384.

Nilai tersebut jauh lebih kecil dibandingkan Singapura yang rata-rata 555.

Direktur Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochamad Muchlasin mengatakan, kurangnya kesadaran orang tua merencanakan dana pendidikan dari awal disebabkan rendahnya pemahaman orangtua terhadap literasi keuangan.

“Dalam memahami produk keuangan, khususnya asuransi, bisa dikatakan dari 100 orang hanya 17 orang yang paham.

Menurut Muchlasin, ke depan, OJK  akan menggandeng Kemendiknas untuk menyiapkan kurikulum yang isinya mengajarkan siswa bagaimana cara menabung dan membeli asuransi yang benar.

OJK berencana membuat kurikulum itu mulai dari kelas 10 atau kelas I SMU.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com