"Kami telah mengajukan dan memperoleh lisensi untuk melakukan asesmen terhadap kebutuhan pesawat penumpang komersial untuk maskapai Iran yang telah disetujui pemerintah AS. Lisensi ini mengizinkan kami untuk bekerjasama dengan maskapai guna memenuhi kebutuhan armada," kata pihak Boeing, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (21/2/2016).
Lisensi tersebut membebaskan Boeing dari larangan terkait sanksi yang dijatuhkan AS kepada Iran lantaran diduga mendukung aktivitas terorisme dan pelanggaran hak asasi manusia.
Boeing pun menyatakan terus berupaya untuk memenangkan persaingan dengan Bombardier dan Airbus.
Pada bulan Januari 2016 lalu, Airbus telah menyetujui penjualan 118 unit pesawat ke Iran senilai 25 miliar dollar AS.
"Kami memahami situasi di kawasan itu begitu rumit dan mudah berubah. Kami terus mengikuti arahan pemerintah AS terkait menjalankan bisnis dengan Iran," ujar Boeing.
Selama dua dekade, produsen pesawat asal Barat dilarang menjual pesawat dan perlengkapannya hingga suku cadang ke perusahaan Iran. Akibatnya, industri penerbangan Iran pun terbengkalai.
Maskapai penerbangan sipil Iran kini memiliki sekira 140 unit pesawat dengan rata-rata usia 20 tahun. Banyak di antara pesawat tersebut amat membutuhkan penggantian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.