Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis MRO Lion Air Terganjal Sewa Lahan di Batam

Kompas.com - 11/03/2016, 08:15 WIB
Aprillia Ika

Penulis

BATAM, KOMPAS.com - Lion Air Group berupaya untuk mengembangkan bisnis Maintenance, Repair dan Overhaul (MRO) di Indonesia dengan membangun hangar perawatan pesawat Batam Aero Technic di Batam, Kepulauan Riau, seluas 28 hektare (ha).

"Investasi pembangunan BAT ini mencapai Rp 7 triliun hingga 2019. Kemungkinan bisa full Operasional pada 2020-2022," kata Edward Sirait, Presiden Direktur Lion Air Group di Batam, Kamis (10/3/2016).

Menurut dia, saat ini pengembangan BAT baru mencapai tahap I dengan luas lahan 4 hektare (ha) dan investasi hingga Rp 2 triliun. Tahap I ini bisa memuat perawatan untuk 12 pesawat kecil hingga besar.

Tahap II seluas 12 hektare akan digunakan untuk engine shop atau perawatan mesin, dan merupakan engine shop pertama di Asia Tenggara. Untuk pengembangan tahap II ini, Lion Air Group sudah bekerja sama dengan GE Aviation untuk mesin Boeing, dengan Lufthansa untuk ATR dan dengan Triumph Aviation.

Lalu tahap III seluas 12 hektare khusus untuk perbaikan elektrik pesawat. Jika tahap III rampung, maka hangar BAT akan dapat menampung hingga 38 pesawat sehingga total ada 50 pesawat yang bisa diperbaiki di BAT ini.

Menurut Edward, saat ini Indonesia baru bisa menjangkau 30% dari pangsa pasar MRO nasional. Dari data Kementerian Perindustrian, setiap tahun setidaknya ada 600 pesawat yang butuh perawatan.

"Di Batam, salah satu yang membuat investasi sebesar ini menjadi "kejepit" adalah lama sewa lahan yang hanya 25 tahun," keluh dia.

Lion Air Grup menyewa lahan Badan pengawasan Batam (BP Batam) untuk fasilitas Batam Aero Technic. Perjanjian sewa selama 25 tahun dan bisa diperpanjang untuk lima tahun.

Perjanjian sewa dimulai sejak 2012, atau sebelum hangar BAT berdiri. Menurut dia, harga sewa sebenarnya tidak mahal dan khusus untuk hangar I, biaya sewa kurang dari 1% dari ongkosn investasi.

"Untuk investasi sebesar dan seberat itu, di negara tetangga saja memberikan ruang sewa hingga 50 tahun. Kalau kami diberikan 50 tahun akan lebih leluasa menata investasi," tabah Edward.

Menurut dia, dengan lahan 28 hektare, yang mahal adalah biaya pengadaan peralatan perawatan. Beberapa peralatan teknologi tinggi misal instalasi listrik, dan aneka engine yang harus sesuai dengan aturan penerbangan internasional agar hangar perawatan ini dapat sertifikasi IASA dan FAA.

"Investasi MRO ini, tidak melulu dari dana kita tetapi ada bank yang membiayai. nah, bagaimana bank bisa lihat masa pengembalian kalau hanya 25 tahun, oleh karena itu masa sewa hingga 50 tahun penting," papar Edward.

Permasalahan lain, tanah sekitar bandara yang digunakan untuk hangar biasanya merupakan tanah milik pemerintah, misal TNI AU, AD, AL, Angkasa Pura yang semuanya diartikan pemerintah.

Itu sebabnya Lion Air susah mengembangkan bisnis perawatan, walau sudah incar lahan di Manado, Bandung dan Surabaya. "Itu sebabnya bisnis MRO ini tidak berkembang di indonesia. karena sewa susah dan tanah di bandara semua milik pemerintah," lanjut dia.

Dia menambahkan, potensi bisnis MRO ini bisa mencapai ratusan juta dollar per tahun. Itungannya, misal harga perawatan pesawat 1 miliar dollar AS, maka 25 persen dari biaya tersebut akan lari ke perawatan dan sumber daya (tenaga perawat pesawat). Atau sekitar 250 juta dollar.

"Selama ini, larinya kemana?" pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com