Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Australia Berminat Investasi 130 Juta Dollar AS di Sektor Pertanian

Kompas.com - 14/03/2016, 17:31 WIB
Muhammad Fajar Marta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Minat investasi dari Australia terus bermunculan.

Setelah berminat menanamkan modal di sektor pariwisata sebesar 10 juta dollar AS, kini giliran sektor pertanian yakni perkebunan dan peternakan terintegrasi yang dibidik oleh investor dari negeri Kangguru.

Investor Australia menyiapkan dana sebesar 130 juta dollar AS (setara dengan Rp 1,6 triliun dengan kurs dollar AS Rp 12.500) untuk menanamkan modal di sektor-sektor potensial tersebut.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyampaikan bahwa investor Australia tersebut telah membidik minat investasi di dua provinsi utama yakni Provinsi Lampung dan Provinsi Papua.

“Jadi investor Australia akan bekerjasama dengan investor dari negara lain. Untuk di Lampung mereka akan bekerjasama dengan investor Tiongkok, sedangkan di Merauke, Papua mereka telah menjalin komunikasi dengan investor asal Korea Selatan,” ujarnya dalam keterangan resmi Senin (14/3/2016).

Menurut Franky, calon investor telah melakukan pendekatan ke Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.

Terkait hal itu, Pemda Lampung tengah mengupayakan ketersediaan lahan seluas 500-600 Hektar di Lampung Tengah.

“Perwakilan perusahaan telah mengunjungi rencana lokasi proyek pada tanggal 25-27 Februari 2016 untuk melihat langsung potensi lokasi usaha, dan mendapatkan respon yang positif,” jelasnya.

“Total investasi di Provinsi Lampung diperkirakan mencapai 30-50 Juta dollar AS,” ungkapnya.

Selain itu, perusahaan asal Australia ini akan bermitra dengan perusahaan Korea Selatan yang sebelumnya sudah berinvestasi dalam penanaman padi seluas 300 Hektar.

“Diperkirakan total nilai investasi di Merauke akan mencapai lebih dari 100 Juta dollar AS. Saat ini perusahaan mendapatkan informasi awal dari Pemerintah Daerah Merauke mengenai ketersediaan lahan 4.000 dan 5.000 ha untuk pertanian dan perkebunan atau peternakan,” paparnya.

Sementara Pejabat Promosi Investasi kantor perwakilan BKPM (IIPC) Sydney Sri Moertiningroem menambahkan bahwa investasi sektor peternakan dan perkebunan terintegrasi ini diharapkan berdampak positif pada ketersediaan pangan di Indonesia.

“Dua sektor minat yang disampaikan terkait dengan komoditi strategis, yakni padi dan daging sapi. Realisasi investasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan keberlanjutan pasokan dan mengurangi impor komoditas tersebut,” imbuhnya.

Sri juga mengemukakan bahwa proyek ini akan menjadi proyek yang kepemilikan sahamnya merupakan gabungan negara dari Australia dengan China dan Korea Selatan.

Terdapat beberapa opsi bentuk kerjasama yang akan dilakukan yaitu dengan pemanfaatan aset pemerintah daerah melalui kerjasama operasi (KSO) atau joint venture dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

“Dalam peternakan terpadu nantinya juga akan ditanam beberapa jenis pohon sebagai bahan dasar pembuatan kertas sekaligus terintegrasi dengan peternakan sapi dan kambing,” sebutnya.

Dari data BKPM tahun 2015, realisasi investasi Australia berada di peringkat 12 sebesar 167 juta dollar AS yang terdiri atas 443 proyek.

Sementara dalam posisi sejak periode 2010-2015, tercatat investasi yang masuk ke Indonesia dari Australia sebesar 2,07 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Ekonomi China Tumbuh Lebih dari Perkiraan, Pemerintah Berharap Investasi Jalan Terus

Ekonomi China Tumbuh Lebih dari Perkiraan, Pemerintah Berharap Investasi Jalan Terus

Whats New
Pemerintah Pantau Harga Minyak untuk Kebijakan Subsidi Energi

Pemerintah Pantau Harga Minyak untuk Kebijakan Subsidi Energi

Whats New
Dorong Kesejahteraan Pegawai, Bank Mandiri Integrasikan Program 'Well-Being'

Dorong Kesejahteraan Pegawai, Bank Mandiri Integrasikan Program "Well-Being"

Whats New
CEO Apple Berkunjung ke Indonesia, Bakal Tanam Investasi?

CEO Apple Berkunjung ke Indonesia, Bakal Tanam Investasi?

Whats New
Konflik Iran-Israel, Kemenaker Pantau Situasi di Timur Tengah

Konflik Iran-Israel, Kemenaker Pantau Situasi di Timur Tengah

Whats New
Menperin: Konflik Iran-Israel Bikin Ongkos Produksi Energi RI Naik

Menperin: Konflik Iran-Israel Bikin Ongkos Produksi Energi RI Naik

Whats New
Pelaku Industri Satelit Nasional Mampu Penuhi Kebutuhan Akses Internet Domestik

Pelaku Industri Satelit Nasional Mampu Penuhi Kebutuhan Akses Internet Domestik

Whats New
Sebanyak 930 Perusahaan Nunggak Bayar THR, Terbanyak di DKI Jakarta

Sebanyak 930 Perusahaan Nunggak Bayar THR, Terbanyak di DKI Jakarta

Whats New
3 Faktor Kunci yang Pengaruhi Perekonomian RI Menurut Menko Airlangga

3 Faktor Kunci yang Pengaruhi Perekonomian RI Menurut Menko Airlangga

Whats New
IHSG Melemah, Ini 5 Saham Paling 'Boncos'

IHSG Melemah, Ini 5 Saham Paling "Boncos"

Whats New
10 Bandara Tersibuk di Dunia Sepanjang Tahun 2023

10 Bandara Tersibuk di Dunia Sepanjang Tahun 2023

Whats New
Kedubes Denmark Buka Lowongan Kerja, Gaji Rp 132 Juta Per Tahun

Kedubes Denmark Buka Lowongan Kerja, Gaji Rp 132 Juta Per Tahun

Whats New
Pelemahan Rupiah Akan Berpengaruh pada Manufaktur RI

Pelemahan Rupiah Akan Berpengaruh pada Manufaktur RI

Whats New
Rupiah 'Ambles', Pemerintah Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

Rupiah "Ambles", Pemerintah Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

Whats New
Perkuat Struktur Pendanaan, KB Bank Terima Fasilitas Pinjaman 300 Juta Dollar AS dari Korea Development Bank

Perkuat Struktur Pendanaan, KB Bank Terima Fasilitas Pinjaman 300 Juta Dollar AS dari Korea Development Bank

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com