"Perlu kontrol yang lebih ketat terhadap penjualan dan distribusi antibiotik, serta terhadap pengawasan pangan dalam negeri," kata Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Widodo, pada Talk Show Edukasi “Waspada Residu Antibiotik Pada Pangan”, Selasa (15/3/2016).
Talk show digelar untuk memperingati Hari Hak Konsumen Dunia setiap tanggal 15 Maret dan disiarkan langsung oleh Radio Republik Indonesia (RRI).
Acara ini diikuti oleh 75 peserta dan hadir sebagai narasumber dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Menurut Widodo, penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol dapat menimbulkan reaksi alergi, efek karsinogenik dan mutagenic, bahkan resistensi antimikroba.
Hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI menunjukkan antibiotik dipahami oleh masyarakat sebagai obat segala penyakit.
Padahal, antibiotik merupakan zat antibakteri.
Penggunaan antibiotik di dunia kesehatan bertujuan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dengan cara membunuh atau melemahkan bakteri yang menjadi penyebab.
Yang memprihatikan, peningkatan kasus resistensi antimikroba juga terjadi pada hewan ternak. "Ini memperihatinkan. Antibiotik itu seharusnya digunakan oleh manusia, tetapi saat ini diberikan ke hewan ternak," ujar dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.