Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Aplikasi Online Mengancam Bisnis Taksi Konvensional?

Kompas.com - 22/03/2016, 19:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Bisnis Berisiko

Menurut ekonom dari Universitas Indonesia dan Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, anjloknya saham Blue Bird disebabkan karena model bisnis Blue Bird dinilai lebih berisiko.

Saat ini, Blue Bird adalah perusahaan taksi dengan harga saham paling tinggi diantara perusahaan taksi lain.  

Menurut Lana, jika dibandingkan dengan taksi Express, Blue Bird menggunakan sistem komisi. Sehingga, ada risiko armadanya akan ditinggalkan oleh supirnya.

Sementara taksi Express memberikan fasilitas kepada para pengemudinya untuk memiliki mobil yang digunakannya selama ini.

Namun, hal yang membuat saham taksi terus tergerus adalah  belum terlihat ketegasan dari pemerintah untuk menangani perihal moda transportasi berbasis aplikasi.

Sehingga, pada akhirnya moda transportasi konvensional terkena dampaknya. "Bisa jadi sopir Blue Bird akan keluar dari armada. Mungkin itu yang dilihat oleh investor," kata Lana.

Lana menyarankan manajemen Blue Bird untuk melakukan aksi cepat untuk menangani mogok massal ataupun pelayanan. Kalau tidak, maka tentu saja kinerjanya di bursa saham akan terpengaruh.

Disruptif

Mengapa perusahaan transportasi berbasis online ini begitu mengganggu perusahaan taksi konvensional? Atau dalam istilah lain, teknologi disruptif?

Pertama, dari sisi pendanaan. Uber disebut sebagai startup atau perusahaan rintisan teknologi yang fenomenal. Perusahaan ini mampu mengeruk pendanaan dari banyak pendana kaya.

Contoh saja, di Januari lalu Uber disebut mencari pendanaan ke klien utama Morgan Stanley, dengan estimasi pendanaan yang bisa membuat valuasi nilai Uber menjadi 62,6 miliar dollar AS.

Kedua, dari sisi model bisnis. Dengan sistem "ride sharing", Uber menciptakan model bisnis yang efisien dan efektif, memangkas semua regulasi dan perpajakan untuk bisnis taksi konvensional.

Di sisi lain, pengguna dimanjakan dengan kemudahan menggunakan pembayaran berbasis kartu, serta kenyamanan layanan dibanding taksi biasa.

Ketiga, dari sisi teknologi. Semua pihak sadar, kita semua tidak bisa menentang perkembangan internet yang luar biasa. Fenomena Uber, hanyalah salah satu dari bisnis-bisnis yang mengancam bisnis konvensional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com