Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benny Fajarai, Pemuda Pontianak yang Masuk Radar Forbes

Kompas.com - 26/03/2016, 15:16 WIB

PONTIANAK, KOMPAS.com - Belasan pemuda Indonesia masuk dalam daftar '30 Under 30 Asia' yang dilansir Majalah Forbes. (Baca: 17 Anak Muda Indonesia Masuk Daftar "Forbes")

Daftar tersebut mencantumkan wirausahawan, inovator, serta pemimpin muda dari berbagai sektor di bawah usia 30 tahun di wilayah Asia.

Mereka dianggap sebagai pemimpin menjanjikan, entrepreneur andal, dan game changer, yang dianggap memiliki kualifikasi menjanjikan sesuai dengan rekam jejak mereka selama ini.

Satu diantaranya adalah Benny Fajarai (25), pendiri kreavi.com dan co founder sekaligus CEO situs qlapa.com yang merupakan pemuda asal Pontianak.

Berawal dari awal masa kuliah di bidang IT di Bina Nusantara Jakarta, ia kemudian menjadi enterpreneur di bidang teknologi.

"Sejak lulus kuliah saya merintis perusahaan yang namanya kreavi.com sebuah situs jejaring sosial untuk desainer seluruh Indonesia. Kita merangkul 30-an ribu desainer untuk ngumpul di suatu wadah online dan menunjukkan karya-karya mereka," ujar pemuda kelahiran Pontianak, 27 April 1990 silam.

Namun, pada pertengahan 2015, ia kemudian menjual kreavi.com untuk meraih mimpi yang lebih besar dengan melanjutkan bisnis di dunia kerajinan tangan Indonesia.

Ini dilakukannya dengan harapan bisa berkontribusi kepada pengrajin dan produk lokal agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat lokal maupun luar negeri lewat qlapa.com

"Idenya sendiri muncul ketika saya ke Bali. Saat itu saya pergi ke pasar seni. Di sana saya melihat banyak kerajinan tangan yang bagus dan keren. Pengunjung asing sangat tertarik membeli dalam jumlah yang tak sedikit," ujarnya.

"Dari sana saya mulai terinspirasi dan memulai riset ternyata kerajinan tangan indonesia itu sangat besar, konsumsi rumah tangganya mencapai Rp 150 triliun per tahun, sedangkan ekspornya mencapai Rp 30 triliun per tahun dan industri kreatif ketiga terbesar itu kerajinan tangan setelah makanan dan fashion," kataya.

Ia kemudian melihat hal ini memiliki potensi yang besar bagi Indonesia. Meski saat ini industri kerajinan belum seterkenal elektronik dan fashion tetapi secara kerajinan Indonesia lebih diakui dimata Internasional.

Potensi ini diakuinya sangat besar tetapi masih bisa digali lagi, apalagi di zaman teknologi di mana banyak orang di Internet mudah terhubung, manajemen informasi juga lebih mudah bagi berbagai pihak jika menggunakan teknologi.

"Di situ saya ingin bikin Qlapa sebagai wadah pengrajin untuk memasarkan produk mereka kepada pembeli, pembeli juga lebih mudah menemukan produk-produk unik yang dibuat oleh pengrajin kita," tuturnya.

"Dalam perjalanannya saya kemudian bangun tim. Qlapa itu launching 1 November 2015. Sudah 4 bulan ini perjalanannya sangat menarik banyak tantangan yang dihadapi," ceritanya.

Untuk produsen yang belum mengerti tentang teknologi, pihaknya membantu untuk meng-upload foto produk kerajinan. Tetapi bagi generasi lebih muda tentu sudah lebih paham terhadap teknologi ini.

Dari sisi transaksi juga tidak terlalu sulit, Qlapa menghubungkan pembeli dan penjual secara langsung jika customer suka tinggal membayar dan penjual yang memproses pengiriman barang, jika barang telah dikirim pihak Qlapa akan langsung mengirim uang ke penjual.

"Jadi penjual dan pembeli tidak perlu negosiasi lagi tidak perlu panjang lebar. Penjual tidak perlu mengurusi marketing serta customer service. kalau ada pembelian dikirimkan barangnya ke pembeli setelah itu kami kirimkan uangnya ke penjual. Saat ini produk yang tersedia sudah mencapai belasan ribu, sedangkan penjual juga sudah ribuan," katanya.

Menurutnya, peminat pasar sangat besar. Banyak orang luar negeri juga tertarik dengan produk kerajinan dalam negeri ini. Selama beberapa bulan transaksi juga sangat lancar meski ia belum bisa menyebutkan angka pasti berapa pendapatan yang telah diperoleh.

Ke depan Qlapa akan masih memperbanyak produk yang dijual, fitur-fitur juga akan semakin banyak untuk mempermudah transaksi, yang tak ketinggalan adalah promosi yang akan semakin gencar.

"Kita itu negara berkembang, secara sumber daya alam kita sudah lumayan bersaing, potensi kita yang tidak boleh ketinggalan adalah industri kreatifnya, dengan memberdayakan kreatifitas ini kita bisa menaikkan ekonomi kreatif dengan menaikan sumber daya yang ada serta menciptakan yang lebih besar lagi. kalau kita hanya jual kayu atau rotan tidak akan sebagus kalau kita jual produk kerajinan olahan yang sudah jadi," ujar Benny.

Ia juga ingin mengajak anak muda Pontianak untuk selalu berfikir positif dalam menyelesaikan masalah yang besar, jangan mudah berpuas diri dan selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik lagi untuk diri sendiri serta orang lain.

"Harapan ke depan semoga saya bisa terus mendapat kesempatan untuk belajar, bisa kerjasama dengan lebih banyak orang lagi dan membantu lebih banyak orang. Semoga indonesia juga masyarakat bisa melihat betapa besar potensi dunia IT kita dan bisa merangkul berbagai pihak satu sama lain untuk berkontribusi," tuturnya.

Disinggung mengenai keluarga, ia mengaku mendapat dukungan yang sangat besar dari keluarga. Keluarga merupakan satu diantara faktor dibalik kesuksesannya selama ini. Ia bersyukur dapat menjadi seperti sekarang karena dukungan keluarga.

"Dari kecil memang keluarga tidak pernah melarang dan selalu mendukung saya dan latar belakang keluarga kami juga sangat kolaboratif dan sportif jadi apapun yang saya lakukan mereka sangat mendukung sampai saat ini juga begitu selalu berada di belakang saya," tukasnya. (Tya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com