Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Christovita Wiloto
CEO & Managing Partners di PowerPR

CEO & Managing Partners di PowerPR - Christovita Wiloto & Partners
Lahir di Cilincing di akhir tahun 60-an, penulis buku "The Power of Public Relations dan Behind Indonesia's Headlines" ini adalah pendiri Indonesia Young Entrepreneurs dan Strategic Indonesia.

Generasi Y & Z dan Matinya “Middle Man”

Kompas.com - 29/03/2016, 16:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Unjuk rasa pengemudi transportasi konvensional dua pekan lalu merupakan gejala wajar dari ketidakpahaman Generasi X (usia di atas 35 tahun) akan fenomena mendesaknya Generasi Y atau Generasi Millenial (usia 16-35 tahun) dan Generasi Z atau Generasi Post Millenial (usia 6-16 tahun) yang memiliki paradigma berpikir sangat berbeda.

Generasi X ini rupanya juga gagap teknologi alias gaptek. Mereka, walau merupakan pengguna internet dan digital, tidak paham betul tentang sedang terjadinya “revolusi” media sosial.

Namun, pastilah Generasi X akan marah saat disebut gaptek, karena mereka merasa memang menguasai teknologi. Tapi, cara generasi ini menguasai teknologi sangat jauh berbeda dibandingkan cara Generasi Y dan Z.

Misalnya, Generasi X masih mau beli koran dan baca koran secara urut dari halaman pertama sampai terakhir. Sementara Gen Y dan Z, mana mau beli koran?

Mereka tidak perlu media cetak, karena cukup search berita di ponsel pintarnya. Mereka juga tidak minat dengan urutan berita yang disajikan media. Gen Y dan Z tahu apa yang mereka mau.

Sementara itu, Gen X masih setia menyimak televisi dan duduk manis di jam-jam tertentu menunggu tayangan kesukaannya muncul. Sebaliknya, Gen Y dan X tidak butuh televisi, apalagi disuruh menantikan tayangan demi tayangan, kecuali siaran langsung pertandingan sepakbola atau sejenisnya. Semua bisa mereka tonton di internet baik via YouTube, televisi streaming, dan lain lain.

Nah, jangan kaget kalau stasiun-stasiun televisi yang besar-besar itu akan mati, digantikan dengan anak-anak muda yang dengan kamera sederhana dari ruang idekosnya membuat monolog yang lucu-lucu untuk diunggah ke YouTube dengan penonton jutaan orang.

“Gilanya” lagi, tayangan itu bisa bertahan lebih dari 10 tahun di internet. Selain tayangan itu akan terus ditonton orang, bahkan bisa dibayar mahal oleh YouTube. Edan!

Tinggal nama

Saya sendiri juga termasuk generasi X, yang walaupun sebagai Pendiri Komunitas IYE! Indonesian Young Entrepreneurs dan terus berinteraksi dengan lebih dari 30.000 entrepreneur muda Gen Y, sampai saat ini saya masih mengalami kesulitan untuk memahami mereka.

Ya, walaupun Uber, Grab, atau Gojek “dibunuh”, nantinya akan lahir ribuan aplikasi sejenis. Mereka bahkan hadir bukan hanya untuk transportasi, tapi segala jenis segi kegiatan dan bisnis.

Ke depan akan makin marak aplikasi online tour dan travel yang segera akan membunuh agen-agen perjalanan wisata. Pun, makin ramai aplikasi toko online yang segera akan membunuh toko-toko di jalanan, bahkan departemen store.

Makin marak juga aplikasi online delivery makanan dan minuman yang segera akan menamatkan nasib restoran-restoran tradisional yang hanya sekedar menjual makanan dan minuman.

Makin marak aplikasi online asuransi yang segera akan membunuh agen-agen asuransi. Ya, karena melalui aplikasi online setiap orang bisa sangat mudah memilih dan membeli asuransi, termasuk untuk melakukan klaimnya.

Makin marak aplikasi online perbankan yang segera akan membunuh customer service dan kantor-kantor cabang. Pasalnya, nasabah bisa langsung berinteraksi dengan semua jasa layanan perbankan secara cepat dan akurat melalui aplikasi online.

Makin marak aplikasi online penjualan property yang perlahan bisa membunuh agen-agen property. Apa lacur? Karena, penjual bisa langsung berinteraksi dengan calon pembeli.

Bahkan, akan semakin semarak aplikasi online penjualan barang-barang branded yang segera akan membunuh para distributor. Maklum, pembeli bisa langsung membeli ke aplikasi merek dagang yang mereka sukai tanpa capek memilah-milih.

Makin marak aplikasi online musik yang segera akan membunuh toko-toko penjual CD, karena generasi muda ini lebih suka langganan musik dari pada beli musik, persis seperti jadi anggota perpustakaan musik.

Makin marak aplikasi online buku yang segera akan membunuh toko-toko buku. Itu pasti, sebab generasi muda ini lebih suka langganan perpustakaan online dari pada beli buku di toko-toko buku besar sekalipun.

Makin marak aplikasi online media yang segera akan membunuh media-media konvensional. Itu memang sudah terjadi, dan perlahan akan semakin bertambah jumlah media cetak yang “tinggal nama”. Tak lain, karena generasi muda ini tidak mau beli media, tidak mau sajian berita. Mereka lebih suka pilih sendiri berita yang mereka suka. Yang pasti, bacaan itu gratis!

Bahkan, saking canggihnya, partai-partai politik pun akan segera mati. Generasi ini tidak mau dibodohi partai-parta politik, karena mereka bisa dengan segera menyampaikan aspirasinya dan ingin segera aspirasinya direspons dengan baik. Maka, orang-orang seperti Ahok, Ridwan Kamil, atau Risma yang paham dan responsif bisa survive dan disukai.

Langsung ke sumber

Boleh jadi, Generasi Y dan Z ini lebih suka berinteraksi langsung dengan pemimpinnya, baik itu dengan Jokowi dan Ridwan Kamil di sosial medianya. Pemimpin yang sulit digapai akan segera mati.

Dulu, Gen X bisa kaya raya dengan menjadi penghubung ke orang-orang hebat, mulai selebriti sampai pejabat di lingkar istana. Sekarang, cukup dengan Twitter, Facebook, LinkedIn dan aneka media sosial lainnya, siapapun dapat dengan mudah menghubungi para elite tersebut. Maaf, tak perlu perantara!

Ke depan, sekolah-sekolah yang berbasiskan tembok-tembok dan harus ada propertinya juga akan tutup. Ya, karena generasi yang sangat multitasking ini lebih suka mengatur sendiri pendidikan yang mereka sukai, waktunya fleksibel, dan ingin lebih cepat dan tidak ingin bertele-tele, serta ingin mempelajari ilmu-ilmu dari berbagai negara lain yang tidak tersedia di wilayah/negaranya. Lewat aplikasi online, semua itu akan terjadi.

Jadi, para sahabat Generasi X, kita harus berubah kalau tidak ingin segera punah seperti dinosaurus. Zaman benar-benar sudah berubah.

Semua bentuk middle man cepat atau lambat akan mati. Mereka akan punah. Generasi Y dan Z tidak suka berurusan dengan perantara, calo, atau middle man. Mereka ingin langsung ke sumbernya.

Ya, “Gen Y dan Z” adalah negerasi suka kreativitas dan sangat menikmati hidup. Mereka tidak suka yang ribet, memilih hidup secara efisien dan efektif. Mereka lebih suka bekerja di kafe ketimbang di kantor. Semua pekerjaannya bisa mereka tuntaskan cukup dengan gadget-nya.

Mereka lebih suka bersosialisasi. Karya-karyanya luar biasa dan bisa dijual mahal sekali bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari Generasi X.

Mereka sangat multitasking karena mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus berkat pemikiran-pemikirannya yang kreatif, energik, dan no mental block, tidak ada halangan atau ketakutan untuk menghadapi berbagai tantangan.

Pergaulan mereka pun multinasional, antar-bangsa, walau kadang tidak saling menguasai bahasanya sekalipun. Semua halangan bisa diterjang.

Namun, generasi ini cenderung malas. Tapi, justru karena ini mereka menciptakan banyak inovasi yang mempermudah hidup. Mereka adalah penikmat seni, tidak suka merokok, suka bermain, bersosialisasi, dan travelling.

Koneksi mereka global, menghargai setiap individu, murah untuk bertepuk tangan mengapresiasi karya orang lain yang semua dianggap unik. Semua terasa simpel.

Toh, ini bukan kiamat, tapi sekadar revolusi zaman saja. Zaman yang membuat segala hal tidak perlu bertele-tele dan banyak membuang waktu macet di jalan. Mereka ogah cari parker karena harus kerja dari kantor, harus repot meniti birokrasi, dan tidak suka basa basi. Mereka berprinsip straight forward, maunya langsung-langsung saja. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com