Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Mencari Kerja, Menemukan Kesesuaian

Kompas.com - 11/04/2016, 13:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Hal terpenting yang menentukan seseorang bisa mendapat pekerjaan adalah kesesuaian, atau matching. Pencari kerja memiliki keahlian atau keterampilan tertentu di satu sisi, pemberi kerja memerlukan hal itu.

Karena ada kesesuaian, maka terjadilah saling ketergantungan. Di situlah kedua pihak bersepakat untuk bekerja sama.

Tidak sedikit orang mengira bahwa keahlian atau keterampilannya yang akan memastikan ia mendapat pekerjaan. Padahal tidak begitu. Keahlian dan keterampilan itu ibarat suatu barang yang kita miliki, berguna atau tidaknya sangat tergantung pada situasi yang ia hadapi.

Intan adalah barang mahal, kita semua tahu itu. Tapi tidak sedikit orang yang lupa bahwa intan hanya punya harga pada situasi tertentu saja. Ketika sejumlah orang sedang terdampar di sebuah pulau kosong, sesuatu yang bisa membantu mereka dalam mencari makanan seperti sebuah parang akan lebih berharga daripada sebongkah intan.

Banyak orang Indonesia yang setelah selesai kuliah sampai S3, pulang ke Indonesia tidak jelas mau kerja apa. Padahal tentu saja dia punya keahlian. Kenapa? Karena tidak tersedia cukup lapangan kerja untuk dia.

Tidak banyak perusahaan yang membutuhkan keahliannya. Keahlian di tingkat doktorat hanya diperlukan bila perusahaan punya kegiatan riset, yang sayangnya tidak banyak perusahaan seperti itu di Indonesia.

Waktu saya pulang ke Indonesia tahun 2007, saya punya keahlian di bidang riset fisika. Saya sudah berpengalaman kerja di bidang itu di Jepang selama 4 tahun. Saya sempat mencari pekerjaan di bidang riset dan pengembangan di perusahaan, tapi tidak menemukannya.

Bagi saya situasi ini persis seperti orang yang terdampar di pulau kosong dengan sebongkah intan di tangannya.

Untungnya, pada saat yang sama saya juga punya “parang”, yaitu kemampuan berbahasa Jepang. Kemampuan ini banyak dibutuhkan saat itu, khususnya di perusahaan Jepang. Maka saat itu saya membuat pilihan untuk melupakan ijazah doktor saya, dan menerima tawaran pekerjaan bermodalkan kemampuan bahasa Jepang saya saja.

Hal inilah yang pertama kali harus diingat oleh para pencari kerja, baik yang baru lulus maupun yang sudah berpengalaman. Identifikasi apa keahlian Anda, sambil lakukan identifikasi apa yang dibutuhkan pasar. Kemudian cari cara untuk bisa masuk ke pasar tersebut untuk memasarkan diri.

Realistislah bahwa, sekali lagi, bukan keahlian Anda yang memastikan Anda mendapat pekerjaan, melainkan kesesuaian. Maka, Anda perlu menyesuaikan diri.

Pencari kerja harus menunjukkan atau meyakinkan para pemberi kerja bahwa dirinya adalah orang yang sesuai dan dibutuhkan. Langkah pertama adalah melalui riwayat hidup atau CV. Tulislah sebuah CV yang menunjukkan siapa Anda, apa keahlian Anda.

Yang terpenting adalah, fokuslah pada hal-hal yang relevan bagi calon pemberi kerja. Ingat, Anda tidak boleh hanya punya satu jenis CV yang akan Anda serahkan kepada semua orang. Buatlah berbagai jenis CV yang spesifik, sesuai dengan tujuan yang Anda cari.

Tahap berikutnya adalah wawancara. Pada saat wawancara, Anda harus menunjukkan siapa Anda, sekali lagi, pada sisi-sisi yang relevan dengan kebutuhan pemberi kerja. Kuncinya, pertama jadi diri sendiri. Jangan mencoba membuat polesan yang tidak perlu atau berlebihan, sehingga Anda jadi mencitrakan yang bukan diri Anda.

Ibarat make up, polesan hanya boleh sebatas untuk menegaskan hal-hal tertentu, selebihnya biarlah tetap alami. Kedua, fokuslah pada hal-hal yang ingin Anda tonjolkan. Jangan membuat blunder dengan mengumbar hal-hal lain yang justru mengaburkan siapa diri Anda.

Pendekatan di atas sebenarnya bisa dibalik. Kita tidak mencari pasar, tapi membangun pasar. Kita bisa saja meyakinkan pemberi kerja bahwa kitalah yang mereka butuhkan. Tidak sedikit pengusaha yang tidak sadar apa yang dia butuhkan. Ia tidak menyadari bahwa bisnisnya bisa berkembang dengan tambahan proses tertentu, atau teknologi tertentu.

Bila kita punya sesuatu yang bisa kita tawarkan, dan kita bisa meyakinkan calon pemberi kerja, maka kita juga bisa direkrut oleh mereka. Pendekatan ini tentu jauh lebih sulit dari pendekatan pertama tadi. Tapi biasanya, posisi tawar kita menjadi lebih tinggi.

Tulisan Hasanudin Abdurakhman lain bisa dibaca juga di http://abdurakhman.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com