JAKARTA, KOMPAS.com – Keluarga ternyata menjadi kunci utama hadirnya "Kartini" di bidang sains dan teknologi (Science, Technology, Engineering and Mathematis – STEM) di Asia Pasifik.
Temuan ini merupakan hasil studi MasterCard bertajuk “Girls in Tech”. Hasil penelitian tersebut berdasarkan pada wawancara di Desember 2015 pada 1.560 responden peempuan berusia 12-19 tahun di enam negara di Asia Pasifik .
Hasil studi menunjukkan, sebanyak 68 persen responden mengatakan bahwa orang tua mereka merupakan yang paling berpengaruh (68 persen) bagi mereka untuk mempelajari STEM dan mengejar karir di bidang tersebut. Sementara pengaruh teman hanya 9 persen dan guru hanya 8 persen.
Survei tersebut juga menemukan bahwa lebih dari setengah responden (63 persen) yang saat ini tengah belajar STEM di sekolah memiliki orang tua dan atau saudara yang juga bekerja di bidang yang berkaitan dengan STEM. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan karir dari anggota keluarga memiliki pengaruh yang signifikan.
Survei ini juga mengungkapkan alasan utama mengapa anak perempuan di Asia Pasifik tidak mempertimbangkan untuk mengambil mata pelajaran STEM dalam studi mereka.
Antara lain, karena mereka menemukan mata pelajaran ini sulit (40 persen) dan kurangnya minat dalam mata pelajaran tersebut (32 persen).
Dari beberapa negara yang terlibat dalam survei ini, Australia memiliki persentase terendah pada anak perempuan (15 - 19 tahun) yang mempelajari STEM (33 persen).
Sementara China (76 persen) dan India (69 persen) merupakan negara-negara yang memiliki persentase terbesar dalam mengambil pelajaran STEM.
Panutan dari profil wanita sukses di STEM merupakan dorongan yang efektif bagi anak-anak perempuan (17-19 tahun) untuk mempertimbangkan karir di bidang STEM (25 persen).
Sementara beasiswa (17 persen) dan gaji dalam karir STEM (16 persen) juga dapat membantu dalam mendorong anak perempuan untuk mempertimbangkan karir di bidang STEM.
Georgette Tan, Group Head Komunikasi MasterCard Asia Pasifik mengatakan, data yang ada menggambarkan bahwa anak perempuan secara konsisten kurang terwakili di bidang STEM.
"Untuk menarik lebih banyak perempuan agar berminat di bidang STEM kita perlu untuk memberikan panutan perempuan serta orang tua harus membantu untuk membangun kepercayaan diri anak-anak mereka," kata dia melalui siaran pers ke Kompas.com.
"Kita harus memperbaiki kesalahpahaman mengenai karir di bidang STEM yang diangaap tidak membuat kreatif dan membantu membangun generasi perempuan pemimpin di bidang STEM berikutnya," lanjut dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.