JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Viva Yoga Mauladi menyoroti perbedaan data antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian mengenai importisasi jagung.
Menurut Viva akurasi data itu penting dan jangan sampai data itu menjadi polemik seperti sekarang ini. "Data yang sekarang kan bernuansa politis, jadi misalnya ada penurunan tidak diekspose. Saya kira BPS juga harus serius validasi data itu," ujar Viva, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (25/4/2015).
Viva mengatakan ada perbedaan data yang diberikan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Koordinator Perekonomian soal impor jagung.
Menurut Kementan, pihaknya menyetop impor jagung tahun ini karena target produksi jagung surplus 3 ton. Sementara dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) Kemenko Perekonomian disepakati adanya impor jagung sebesar 1,5 ton.
"Surplus itu menurut siapa, kita kan juga melihat kondisi iklim yang terjadi dulu jadi jangan langsung tetapkan gitu," ucap Viva.
Produksi Jagung
Menanggapi hal itu Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (Buakabi) Kementan, Maman Suherman mengatakan, untuk jagung produksi meningkat 19,6 juta ton pada 2015.
Target produksi jagung tahun 2016 mencapai 24 juta ton, dengan kebutuhan konsumsi jagung nasional sebesar 21,6 juta ton.
Menurutnya dengan target dan konsumsi tersebut ketersediaan jagung nasional bisa surplus 3 ton sehingga dengan alasan itu kementan menyatakan tidak akan mengimpor jagung.
"Kementan optimis capai target itu, dengan perluasan lahan pertanian dan pemberian bibit secara gratis kita sangat yakin ketersedian jagung akan mencukupi," ujar dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.