JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terkoreksi, sejalan penurunan harga minyak kedelai. Namun analis menilai, koreksi harga minyak sawit hanya sementara karena sudah naik cukup signifikan.
Mengutip Bloomberg, Senin (25/4/2016), harga CPO kontrak pengiriman Juli 2016 di Malaysia Derivative Exchange melemah 0,63 persen ke level 2.673 ringgit Malaysia atau setara 684,7 dollar AS per metrik ton dibandingkan sehari sebelumnya.
Sepekan terakhir, harga CPO menguat 0,2 persen. Harga CPO telah melemah selama dua hari berturut-turut.
Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures, mengatakan, koreksi harga CPO wajar terjadi setelah empat sesi sebelumnya terus menguat. "Penurunan CPO terkena dampak melemahnya harga minyak kedelai," ujar Wahyu.
Wahyu melihat, prospek CPO dalam jangka panjang masih tetap positif dengan harapan permintaan akan stabil atau bahkan lebih baik dari tahun lalu.
Data Intertek Testing Service menunjukkan, ekspor CPO Malaysia periode 1 - 25 April 2016 tumbuh 0,4 persen menjadi 889.944 ton dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Harapan kenaikan permintaan juga berasal dari program biodiesel pemerintah Indonesia.
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, kebutuhan CPO untuk biodiesel dalam negeri pada periode Mei hingga Oktober 2016 masih di atas 1 juta kiloliter. "Artinya penyerapan CPO untuk energi terbarukan masih cukup tinggi," kata Deddy.
Analis menilai, angka pasokan dan permintaan cenderung terjaga tahun ini. Di tengah harapan naiknya permintaan, produksi terancam oleh El Nino.
Religare Capital Market memperkirakan, ancaman El Nino dapat menurunkan produksi CPO Malaysia menjadi 1,22 juta ton di bulan Maret atau turun dari periode sama tahun lalu sebesar 1,5 juta ton.
Prediksi Religare, harga rata-rata CPO tahun ini mencapai 750 dollar AS per metrik ton dan 850 dollar AS per metrik ton di tahun 2017.
Moratorium sawit
Langkah Pemerintah Indonesia melarang pembukaan lahan baru untuk penanaman sawit berpeluang mengurangi pasokan, sehingga mendukung kenaikan harga CPO.
Presiden Joko Widodo meminta perusahaan sawit meningkatkan hasil produksi dari tanaman yang sudah ada, bukan membuka hutan dan menambah area tanam. Salah satu tujuannya untuk mengurangi kebakaran hutan.
Sementara itu Deddy mengatakan, moratorium pembukaan lahan kelapa sawit oleh pemerintah Indonesia justru membuat investor cenderung berhati-hati dalam melakukan aksi beli. Indonesia memproduksi 32,5 juta ton CPO di tahun 2015.
Angka tersebut 2/3 lebih besar dari produksi Malaysia. Angka penjualan minyak sawit Indonesia ke luar negeri tahun lalu mencapai 19 miliar dollar AS atau 13 persen dari total nilai ekspor.
Secara teknikal, Deddy melihat, harga CPO bergulir di atas moving average (MA) 50, MA100, dan MA200.
MACD berada di area positif. Indikator stochastic menguat di level 56 dan RSI menguat di angka 50,71.
Selasa hari ini, (26/4/2016), Deddy memprediksi harga CPO menguat di kisaran 2.630-2.700 ringgit Malaysia dan sepekan ke depan 2.600-2.780 ringgit Malaysia per metrik ton.
Prediksi Wahyu, hari ini harga CPO menguat di 2.665-2.720 ringgit Malaysia per metrik ton. (Wuwun Nafsiah)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.