Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Bulan yang Paling Tepat untuk Membeli Saham

Kompas.com - 07/05/2016, 08:00 WIB

                               Oleh Ryan Filbert
                                          @RyanFilbert

KOMPAS.com - Tanpa terasa kita telah sampai di bulan ke-5 di tahun 2016. Nampaknya tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Bagaimana dengan pendapat Anda?

Ketika memasuki bulan Mei, maka seolah De Javu, kita terngiang kembali sebuah pepatah ataupun slogan yang didengungkan oleh para pelaku pasar modal di dunia mengenai tinggalkan pasar modal di bulan Mei. Atau dalam bahasa inggris ‘Sell in May and Go Away”.

Banyak versi, mengapa terdapat sebuah istilah tersebut dalam pasar modal. Salah satu yang saya sendiri telah mencoba mempelajari dengan data adalah pepatah ini muncul sebelum tahun 1950.

Di bursa Amerika, pergerakan saham bergairah berakhir pada bulan April semenjak Oktober tahun sebelumnya, serta pergerakan semenjak Mei, pergerakan saham menjadi flat dan cenderung terkoreksi.

Akhirnya bagi pelaku pasar, memilih untuk tidak memiliki portfolio ketika koreksi pasar terjadi, dan hingga saat ini muncul sebuah keyakinan bahwa bulan Mei merupakan sebuah bulan yang buruk untuk berinvestasi di pasar modal.

Apakah Anda pernah meyakini hal ini juga tanpa sebuah fakta? Bila iya, maka Anda sedang dalam posisi berjudi bukan berdagang maupun berinvestasi.

Mari kita mulai dengan kembali melihat pergerakan di Bursa Efek Indonesia. Karena artikel ini berbahasa Indonesia dan berada di Indonesia, maka saya akan coba memberikan sajian data mengenai pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama data yang saya miliki yaitu semenjak tahun 1984. Bagaimana pergerakan bulan demi bulannya?

ist pergerakan saham dari bulan ke bulan

Secara historis, return IHSG per bulan yang menduduki peringkat ke-tiga ada di bulan Mei (dari pembuat return negatif terbesar sepanjang 1 tahun). Peringkat pertama berada di bulan Agustus, kemudian disusul oleh bulan Oktober.

Koreksi pada IHSG sendiri rupanya tidak begitu besar. Coba kita perhatikan di bulan Mei, dan kita mengacu pada pergerakan bulanan, maka pendapat "menjual dan meninggalkan bursa” akan lebih tepat di bulan Agustus, maupun di bulan Oktober.

Namun, tunggu dulu, ada data lain yang bisa kita perhatikan. Bagaimana dengan penurunan yang kita ambil dari titik tertinggi setiap periodenya? Akan muncul data yang lebih menarik lagi!!

Perhatikan tabel berikut ini :

ist/ ryan filbert Penurunan IHSG yang paling dalam

Dari data tahun 2004, kita akan mendapati bahwa koreksi di atas 10 persen pada IHSG adalah seperti data di atas.

Bila kita mengambil data koreksi besar terjadi pada bulan apa, maka kira-kira akan terangkum seperti berikut ini :

ist/ ryan filbert data pelemahan IHSG

Ternyata bulan Mei adalah bulan terbanyak terjadinya koreksi dari titik tertinggi. Dan data inilah yang muncul ketika kita mencoba mencari pergerakan harga secara historis di Bursa Efek Indonesia.

Bulan terburuk akibat koreksi besar, mungkin ada benarnya terjadi di bulan Mei, dan bulan ini menjadi bulan koreksi saham nasional berdasarkan data historis.

Namun demikian, sebesar apapun penurunan bursa kita, sudah 2 kali selalu kembali ketitik yang lebih tinggi.

Bukankah lebih menarik, membeli saham dalam keadaan murah (terkoreksi) dan bisa kembali ketitik yang lebih tingginya kembali?

 

ryan filbert Ryan Filbert
Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksa dana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain:Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan reksa dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market, Bandarmology , dan Rich Investor from Growing Investment.
Di tahun 2015 Ryan Filbert menerbitkan 2 judul buku terbarunya berjudul Passive Income Strategy dan Gold Trading Revolution. Ryan Filbert juga sering memberikan edukasi dan seminar baik secara independen maupun bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com