Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Malaysia Tutup Jalur Perdagangan Sepihak, Pendapatan Pajak Bea Masuk BC Nunukan Turun Hampir 50 Persen.

Kompas.com - 13/05/2016, 11:41 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sebulan lebih Pemerintah Malaysia menutup jalur perdagangan tradisional di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara secara sepihak.

Akibatnya, pendapatan dari pajak bea masuk Bea Cukai Nunukan dilaporkan menurun. Kepala Kantor Bea Cukai Kabupaten Nunukan Max Rori mengatakan, penurunan pendapatan dari pajak bea masuk mencapai 50 persen.

”Pendapatan kita per bulan sekitar Rp 300 juta. Untuk penurunan separuhnya,” ujarnya Kamis (12/05/2016).

Penurunan pajak bea masuk paling tinggi, menurut Max Rori, dialami oleh komoditas sembako yang mencapai lebih dari 90 persen. Hal ini lantaran tingginya ketergantungan warga perbatasan terhadap sembako dari Malaysia.

Meski pajak bea masuk dari sembako mengalami penurunan tajam, Bea Cukai Nunukan masih mendapat pemasukan bea masuk dari komoditas lain.

"Kami sudah laporkan ke pusat, mereka tidal terlalu mempermasalahkan. Turunnya bea masuk ini faktor di luar kontrol kita,” imbuhnya.

Masih tingginya ketergantungan warga perbatasan terhadap sembako dari Negara Malaysia disebabkan oleh masih tingginya ongkos angkut sembako dari Pulau Jawa maupun dari Pulau Sulewesi.

Untuk mengurangi ketergantungan sembao dari Malaysia, seharusnya ada subsidi ongkos angkut bagi sembako yang akan didistribusikan ke wilayah perbatasan.

“Hikmahnya pemberdayaan lokal, jangan hanya bergantung dari luar," kata Max Rori.

Penutupan jalur perdagangan tradisional oleh Pemerintah Malaysia selama sebulan terakhir berdampak pada kelangkaan sembako di sejumlah pasar tradisional di Nunukan.

Harga sejumlah kebutuhan pokok seperti gula, tepung, minyak goreng, sayur sayuran dan buah buahan mulai mengalami kenaikan Rp 2.000 hingga Rp 5.000.

Diperkirakan kenaikan harga sembako masih akan terjadi mengingat tak lama lagi memasuki bulan Ramadhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com